Bulughul Maram

01. Kitab Thaharah: 4. Bab Wudhu, Menyempurnakan Wudhu dan Berdoa Setelahnya, Hadis No. 57

  • ARTIKEL
  • Sabtu, 1 Oktober 2022 | 07:09 WIB
  • 138
foto

Foto: suara.com

57 - وَعَنْ عُمَرَ - رضي الله عنه - قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم: «مَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ يَتَوَضَّأُ فَيُبْلِغُ أَوْ فَيُسْبِغُ الْوَضُوءَ ثُمَّ يَقُولُ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ إِلَّا فُتِحَتْ لَهُ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ الثَّمَانِيَةُ يَدْخُلُ مِنْ أَيِّهَا شَاءَ». أَخْرَجَهُ مُسْلِمٌ. (1)
وَالتِّرْمِذِيُّ, وَزَادَ: «اللَّهُمَّ اجْعَلْنِي مِنَ التَّوَّابِينَ, وَاجْعَلْنِي مِنَ الْمُتَطَهِّرِينَ». (2)
__________
(1) - صحيح. رواه مسلم (234) عن عقبة بن عامر قال: كانت علينا رعاية الإبل، فجاءت نوبتي، فروحتها بعشي، فأدركت رسول الله صلى الله عليه وسلم قائما يحدث الناس، فأدركت من قوله: «ما من مسلم يتوضأ فيحسن وضوءه، ثم يقوم فيصلى ركعتين، مقبل عليهما بقلبه ووجهه، إلا وجبت له الجنة» قال: فقلت: ما أجود هذه، فإذا قاتل بين يدي يقول: التي قبلها أجود، فنظرت فإذا عمر. قال: إني قد رأيتك جئت آنفا، قال: فذكره. وزاد: «الثمانية، يدخل من أيها شاء».
(2) - سنن الترمذي (55)، وهذه الزيادة التي عند الترمذي لا تصح، كما هو مبين «بالأصل».

52. Dari Umar RA ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah salah seorang di antara kamu berwudhu, lalu dia menyempurnakan wudhu, kemudian membaca, ‘Aku bersaksi bahwa tidak ada Ilah (yang berhak disembah) melainkan hanya Allah semata, yang tiada sekutu bagi-Nya’, melainkan akan dibukakan baginya pintu-pintu surga yang delapan, dan dia (diperbolehkan) memasukinya dari mana saja ia kehendaki.”  (HR. Muslim dan At Tirmidzi)

[Shahih Muslim 234]

At Tirmidzi menambahkan, “Ya Allah, jadikanlah aku orang yang banyak bertaubat, dan jadikanlah aku orang yang suci.”

[shahih: At Tirmidzi 55]

ـــــــــــــــــــــــــــــ

[سبل السلام]

Biografi Perawi

Umar RA adalah Abu Hafsh Umar bin Khaththab Al Qurasy, nasabnya bertemu dengan Nabi SAW pada Ka’ab bin Lu’ai. Ia masuk Islam pada tahun keenam kenabian, ada yang mengatakan tahun kelima, setelah 40 orang lainnya. Ia mengikuti semua peperangan dan penaklukan dalam Islam di Iraq dan Syam. Wafat pada awal Muharram tahun 24 H. Ia ditusuk oleh Abu Lu’lu’, hamba sahaya Mughirah bin Syu’bah, setelah menjabat sebagai khalifah selama 10 ½ tahun.

Penjelasan Kalimat

Tidaklah salah seorang di antara kamu berwudhu, lalu dia menyempurnakan wudhu, (telah disebutkan bahwa maksudnya adalah menyempurnakannya) kemudian membaca, (setelah menyempurnakannya) ‘Aku bersaksi bahwa tidak ada Ilah (yang berhak disembah) melainkan hanya Allah semata, yang tiada sekutu bagi-Nya’, melainkan akan dibukakan baginya pintu-pintu surga (ini termasuk bab atau sama dengan nufikha fii ash Shur –ditiup sangkakala, beliau mengucapkan sesuatu yang akan terjadi dengan fiil madhi (kata kerja bentuk lampau) lantaran kejadiannnya yang pasti. Maksudnya akan dibukakan baginya pada Hari Kiamat, dan dia dapat memasukinya dari mana saja yang dikehendakinya)

Dikeluarkan oleh Muslim, Abu Daud (169), Ibnu Majah (470) dan Ibnu Hibban serta At Tirmidzi, ia menambahkan:

«اللَّهُمَّ اجْعَلْنِي مِنْ التَّوَّابِينَ. وَاجْعَلْنِي مِنْ الْمُتَطَهِّرِينَ»

“Ya Allah, jadikanlah aku orang yang banyak bertaubat, dan jadikanlah aku orang yang suci.”

Beliau menyatukan antara keduanya, sebagai pemahaman yang terambil dari firman Allah SWT:

 إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ

Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri. (QS. Al-Baqarah [2]: 222)

Oleh karena itu, taubat menyucikan batin dari kotoran dosa dan wudhu menyucikan lahiriyah dari hadats yang menghalangi untuk bertaqarrub kepada Allah SWT. Maka sangat tepat mengumpulkan keduanya dalam memohon hal tersebut, dan mencakup permohonan agar yang memohon adalah orang yang dicintai oleh Allah SWT dan termasuk ke dalam golongan orang-orang yang dicintai-Nya.

Tafsir Hadits

Walaupun setelah meriwayatkan hadits ini At Tirmidzi mengatakan, “Dalam sanadnya terdapat kegoncangan (idhtirab)”, tetapi awal hadits tersebut ditegaskan dalam Shahih Muslim, dan tambahan ini diriwayatkan oleh Al Bazzar dan At Thabrani dalam Al Ausath dari jalan Tsauban dengan lafazh:

«مَنْ دَعَا بِوَضُوءٍ فَتَوَضَّأَ، فَسَاعَةَ فَرَغَ مِنْ وُضُوئِهِ يَقُولُ أَشْهَدُ أَنْ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ اللَّهُمَّ اجْعَلْنِي مِنْ التَّوَّابِينَ، وَاجْعَلْنِي مِنْ الْمُتَطَهِّرِينَ.....»

Siapa yang meminta air wudhu, lalu berwudhu dengan air tersebut, dan ketika ia selesai membaca, ‘Aku bersaksi bahwa tidak ada Ilah (yang berhak disembah) kecuali Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya. Ya Allah, jadikanlah aku orang yang banyak bertaubat, dan jadikanlah aku orang yang suci........” *

Ibnu Majah meriwayatkan hadits dari Anas dan Ibnu As Sunni dalam Amalu Al Yaum wa Al Lailah, dan Al Hakim dalam Al Mustadrak dari hadits Abi Sa’id dengan lafazh:

«مَنْ تَوَضَّأَ فَقَالَ: سُبْحَانَك اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِك أَشْهَدُ أَنْ لَا إلَهَ إلَّا أَنْتَ أَسْتَغْفِرُك وَأَتُوبُ إلَيْك» كُتِبَ فِي رَقٍّ ثُمَّ طُبِعَ بِطَابَعٍ فَلَا يُكْسَرُ إلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ

Siapa yang berwudhu lalu membaca ‘Mahasuci Engkau yang Allah, dan segala puji bagi-Mu, aku bersaksi bahwa tidak ada Ilah (yang berhak disembah) kecuali Engkau, aku mohon ampun dan taubat kepada-Mu’, maka ia dicatat pada lembaran putih kemudian distempel, maka tidak dirusak hingga Hari Kiamat.” [Shahih: Shahih Al Jami' 6170], dan dishahihkan oleh An Nasa'i bahwa hadits tersebut mauquf.

Dzikir ini dibaca setelah wudhu. An Nawawi berkata, “shahabat-shahabat kami berkata, ‘Juga disukai setelah mandi’.”

Sampai disini selesailah bab wudhu. Penulis tidak menyebutkan dzikir-dzikir dalam masalah ini kecuali hadits tasmiyah yang terdapat pada awalnya, sedang dzikir ini pada akhirnya.

Adapun bacaan-bacan ketika membasuh setiap anggota wudhu, maka penulis tidak menyebutkannya karena para ulama sepakat atas kelemahannya.

An Nawawi berkata, “Doa-doa ketika sedang berwudhu tidak ada dasarnya, dan para ulama terdahulu tidak menyebutkannya.” Dan Ibnu Ash-Shalah berkata, “Tidak ada hadits shahih dalam masalah tersebut.”

Demikianlah, dan tidak diragukan bagusnya penutup penulis terhadap bab wudhu dengan doa ini, yang secara praktek dibaca ketika wudhu telah sempurna, maka ia menyebutkannya pada penutup tulisannya, kemudian menyusul bab wudhu ini dengan bab mengusap atas khuf karena termasuk hukum wudhu.

ـــــــــــــــــــــــــــــ

[إبانة الأحكام]

وَعَنْ عُمَرَ - رضي الله عنه - قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم: «مَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ يَتَوَضَّأُ فَيُبْلِغُ أَوْ فَيُسْبِغُ الْوَضُوءَ ثُمَّ يَقُولُ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ إِلَّا فُتِحَتْ لَهُ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ الثَّمَانِيَةُ يَدْخُلُ مِنْ أَيِّهَا شَاءَ». أَخْرَجَهُ مُسْلِمٌ. (1)
وَالتِّرْمِذِيُّ, وَزَادَ: «اللَّهُمَّ اجْعَلْنِي مِنَ التَّوَّابِينَ, وَاجْعَلْنِي مِنَ الْمُتَطَهِّرِينَ»

52. Daripada 'Umar (r.a), beliau berkata: Rasulullah (s.a.w) bersabda: “Tidaklah seseorang di antara kamu berwuduk lalu melakukannya dengan sempurna, kemudian membaca doa berikut:

 أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ

“Aku bersaksi bahawa tidak ada tuhan selain Allah, tiada sekutu bagi-Nya dan aku bersaksi bahawa Nabi Muhammad adalah hamba dan pesuruh-Nya” melainkan dibukakan baginya pintu-pintu syurga yang lapan itu. Dia boleh memasukinya dari pintu mana pun yang dia kehendaki.” (Disebut oleh Muslim dan al-Tirmizi dan menambahkan:

اللَّهُمَّ اجْعَلْنِي مِنَ التَّوَّابِينَ, وَاجْعَلْنِي مِنَ الْمُتَطَهِّرِينَ

“Ya Allah, jadikanlah diriku termasuk orang yang bertaubat dan jadikanlah pula diriku termasuk orang yang menyucikan dirinya.”

Makna Hadis

Taat kepada perintah syariat akan mendapatkan pahala besar di akhirat kelak bagi orang yang melakukannya. Barang siapa yang menyempurnakan wuduknya, lalu bersaksi bahawa Allah Maha Esa dalam Zat-Nya, tidak seorang pun yang menyekutui-Nya dalam perbuatan-perbuatan-Nya, maka dia adalah orang mukmin yang sempurna lagi menyucikan dirinya di mana Allah (s.w.t) akan memberikan pilihan baginya untuk memasuki syurga melalui pintu mana pun yang dia kehendaki. Ini merupakan ganjaran baginya kerana dia telah meniadakan persekutuan bagi llah dan ikhlas beribadah kepada-Nya.

Analisis Lafaz

مَا مِنْكُمْ, pembicaraan ini ditujukan kepada para hadirin, tetapi makna yang dimaksudkan adalah mencakupi seluruh umat Nabi Muhammad (s.a.w), sama ada lelaki mahupun perempuan, yang hadir mahupun yang tidak hadir.

مِنْ أَحَدٍ, huruf min adalah shilah (penghubung). Dengan kata lain, huruf tambahan. Tetapi bukan bererti ia tidak memiliki apa-apa makna, sebaliknya apa yang dimaksudkan dengan “tambahan” di sini ialah mengukuhkan makna. Ia dinamakan zaidah (tambahan) dengan makna mengukuhkan kerana ia tidak termasuk ke dalam susunan kalimat. Dinamakan shilah (penghubung) kerana ia berfungsi untuk sampai kepada tujuan yang dibenarkan, iaitu memperindah kalimat. Jadi, perkataan min tersebut bukanlah tambahan yang tidak ada ertinya sama sekali. Untuk menambah min mesti ada dua syarat; pertama, hendaklah perkataan yang di-jarr-kan setelahnya berupa isim nakirah; kedua, hendaklah didahului oleh nafi atau yang serupa dengan nafi (iaitu larangan dan istifham). Sedangkan lafaz ahadun sesudahnya merupakan isim bagi orang dituju dengan ucapan ini.

يُسْبِغُ الْوُضُوءَ, menyempurnakan wuduknya di mana setiap anggota tubuh berhak memperoleh haknya, kemudian membaca doa yang telah disebutkan dalam hadis di atas setelah selesai berwuduk.

وَحْدَهُ, berkedudukan sebagai hal (kata keterangan keadaan) yang memperkuat makna kalimat sebelumnya. Dengan erti kata lain, Maha Esa dalam sifat uluhiyah-Nya. Makna yang dimaksudkan ialah Maha Suci Zat-Nya daripada berbilang, berbahagian dan bersekutu.

لَا شَرِيكَ لَهُ, al-syarik ertinya pembantu dan penolong dalam sesuatu. Makna yang dimaksudkan ialah meniadakan semua jenis persekutuan.

وَرَسُولُهُ, al-rasul menurut bahasa adalah orang yang menyampaikan pesanan orang lain, sedangkan menurut istilah pula adalah manusia merdeka dan lelaki yang diberi wahyu dan diperintahkan untuk menyampaikannya.

إِلَّا فُتِحَتْ لَهُ, diungkapkan dalam bentuk fi‟il madhi untuk menyatakan kebenaran kejadiannya. Makna yang dimaksudkan ialah bahawa kelak pada hari kiamat akan dibukakan baginya.

الْجَنَّةِ, menurut bahasa adalah taman, sedangkan menurut istilah ialah nama sebuah negeri yang dipenuhi dengan kenikmatan lagi bersifat abadi. Di dalamnya terdapat perkara-perkara yang belum pernah dilihat oleh mata, belum pernah didengar oleh telinga dan belum pernah terlintas dalam fikiran manusia. Ia disediakan oleh Allah (s.w.t) untuk kekasih-kekasih-Nya sebagai kurnia daripada-Nya.

أَبْوَابُ الْجَنَّةِالثَّمَانِيَةِ, pintu-pintu syurga yang lapan; pintu iman, pintu solat, pintu puasa, pintu sedekah, pintu orang yang mampu menahan kemarahannya, pintu orang yang redha, pintu jihad dan pintu taubat.

التَّوَّابِينَ, bentuk jamak dari lafaz al-tawwaab, ertinya orang yang bertaubat kepada Allah daripada dosa-dosanya.

الْمُتَطَهِّرِينَ, orang yang sempurna dalam bersuci dari segala bentuk hadas, semua najis dan dosa di samping menjauhkan diri daripada sifat yang terhina dan akhlak yang tercela.

Fiqh Hadis

  1. Menjelaskan doa yang dianjurkan untuk dibaca sesudah berwuduk supaya orang yang berbuat demikian mendapat redha Allah (s.w.t). Perbuatannya itu pula akan menyebabkan pintu-pintu syurga dibukakan untuknya hingga kelak pada hari dia dapat memasukinya dari pintu mana sahaja yang dia kehendaki. Adapun doa yang dibaca oleh sesetengah pihak ketika membasuh setiap anggota wuduk, maka itu tidak berlandaskan kepada dalil dan tidak pernah dikatakan oleh ulama terdahulu. Inilah pendapat al-Nawawi.
  2. Syurga mempunyai lapan pintu masuk. Apa yang disebut oleh hadis ini menunjukkan betapa tinggi kedudukan orang yang sentiasa membaca zikir dan doa ma‟tsur daripada Nabi (s.a.w).
  3. Allah memperlihatkan kepada Rasul-Nya ganjaran pahala yang telah disediakan kepada orang mukmin kelak di akhirat. Berita ini disampaikan oleh Rasulullah (s.a.w) kepada para sahabatnya supaya mereka mengamalkan apa yang diperintahkan oleh Allah kepada mereka.
  4. Menghimpun wuduk yang melambangkan kesucian zahir dengan doa ini yang mengandungi makna taubat sebagai simbol batin menunjukkan adanya munasabah yang sempurna supaya orang yang berwuduk menjadi suci zahir dan batin serta suci jiwa dan raganya.

Periwayat Hadis

„Umar ibn al-Khatthab ibn Nufail al-„Adawi, nama panggilannya adalah Abu Hafsh. Beliau adalah khalifah kedua dan salah seorang sahabat yang mendapat berita gembira masuk syurga. Beliau adalah orang yang mula-mula diberi gelaran “Amir al-Mu‟minin”, ahli fiqh dan mampu menegakkan prinsip keadilan. Beliau meriwayatkan 539 hadis. Beliau mati syahid pada tahun 23 Hijriah dalam usia 63 tahun, lalu jenazahnya dikebumikan di dalam bilik Rasulullah (s.a.w).

Kesimpulan

Hadis yang dihimpun dalam bab ini menunjukkan kepada beberapa kesimpulan iaitu menjelaskan gambaran wuduk yang sempurna, tidak boleh berlebihan dalam menggunakan air tetap tidak pula melakukan kelalaian dan kecuaian dalam berwuduk, kerana meninggalkan sebahagian anggota wuduk seperti ada anggota wuduk yang tidak terkena air boleh membatalkan wuduk. Dengan erti kata lain, wuduknya tidak sah apabila dibiarkan tanpa dibasuh semula.

Soalan

  1. Apakah takrif siwak dan apa pula hukumnya serta apakah objek yang digunakan untuk bersiwak?
  2. Apakah maksud perintah yang terdapat di dalam sabda Rasulullah (s.a.w),لَأَمَرْتُهُمْ بِالسِّوَاكِ?
  3. Apakah kaitan hadis mengenai siwak dengan bab ini?
  4. Apakah faedah pengajaran secara praktikal?
  5. Terangkan perbezaan pendapat ulama tentang batasan yang memadai dalam mengusap kepala dan terangkan pula perselisihan pendapat mereka dalam masalah tertib (berurutan)!
  6. Jelaskan hukum membasuh sebahagian anggota wuduk sebanyak tiga kali!
  7. Jelskan hikmah yang terkandung dalam membasuh kedua telapak tangan tiga kali, begitu pula berkumur dan ber-istinsyaq!
  8. Terangkan makna lafaz-lafaz berikut: ج شُٔكن , ج ؼٌُر ٤ٖ , ج غُرحقط ٤ٖ , ج ٩ذٜحّ , ج خُ ٤ؾّٞ ,
  9. ج نُٔ نٔس , ج ٩عط ؾ٘حم , ؿشكحش , ج ٩عرحؽ , ج ُشز , ج طُكؿ ٤َ , ج طُ ٤ٖٔ , ج طُشؾَ , ج ؼَُ٘ , ج رُذجءز , ج ؼُ حٔ سٓ , ج شُٔكو ٤ٖ ,
  10. ج زُ شً , ج ؿُ س٘ , ج شُعٍٞ , ج ؾُش ٣ي , ج زُسجع dan apakah kalimat-kalimat tersebut mudzakkar atau mu‟annats?
  11. 9. Jelaskan perbezaan pendapat tentang gambaran mengusap kepala dan apakah yang dimaksudkan dengan perbezaan itu?
  12. 10. Jelaskan makna al-Igbal dan al-Idbar!
  13. 11. Bagaimanakah hukum mengusap kedua telinga dan jelaskan gambarannya!
  14. 12. Apakah perbezaan antara datangnya air ke najis dan datangnya najis ke air?
  15. 13. Apakah hikmah membasuh kedua telapak tangan setelah bangun tidur sebanyak tiga kali basuhan?
  16. 14. Apakah hukum larangan yang terkandung di dalam sabda Rasulullah (s.a.w): “ كَلاَ ٣َْ ظُِٔ ” yang ertinya “Janganlah dia mencelupkan”?
  17. 15. Sebutkan perbezaan pendapat ulama mengenai berkumur dan ber-istinsyaq! Bilakah disyariatkan melakukan keduanya dengan kuat?
  18. 16. Apakah makna “ج طُخ ٤َِ ” dan bagaimana hukum serta hikmahnya?
  19. 17. Bagaimanakah hukum mencela-celahi janggut?
  20. 18. Apakah makna “ج ذُ يُ ” dan bagaimanakah hukumnya menurut pendapat para imam?
  21. 19. Terangkan lafaz “ ذِػُ ػَُِ ٢ْ ”! Apakah yang dimaksudkan dengan “ ذِػُ ػَُِ ٢ْ ” itu adalah taqribi (perkiraan) atau tahdidi (pembatasan)?
  22. 20. Apakah yang dimaksudkan dengan mudd?
  23. 21. Adakah kedua telinga termasuk bahagian dari kepala?
  24. 22. Apakah yang dianjurkan dalam mengusap kedua telinga jika dianggap sebagai sebahagian dari kepala?
  25. 23. Apakah yang dimaksudkan dengan “ج ُشز ” dan “ج طُكؿ ٤َ ” di dalam sabda Rasulullah (s.a.w): “ ٣َأْضُٞ ٣َْٞ ج وُِْ ٤َح سَِٓ ؿُشًّج كَُٓؿَّ ٤ِِ ئِ أُ طَِّٓ ٢ ”?
  26. 24. Bagaimanakah hukum memulakan dengan sebelah kanan dan apa sahaja yang dikecualikan daripadanya?
  27. 25. Apakah qarinah (tanda-tanda) yang memalingkan pengertian wajib dalam
  28. sabda Rasulullah (s.a.w): “ ْ ٌُِْ٘ ِ ٓحَ٤َِٔذ جٝأذذحك ْ ُْضْأ َّمَ َٞض جَرِئ”?
  29. 26. Bagaimanakah hukum al-tayammun (memulakan dari kanan) dalam berwuduk? Jelaskan hikmahnya?
  30. 27. Sebutkan perbezaan ulama mengenai mengusap serban dan perselisihan mereka mengenai membatasi usapan hanya pada bahagian hadapan kepala (ubun-ubun)!
  31. 28. Apakah hikmah yang terkandung dalam memutarkan (meratakan) air pada kedua siku?
  32. 29. Apakah faktor yang membuat dha‟if hadis Nabi (s.a.w): “ حًَ ج رَُِّ٘ ٢َّ فَ ٠َِّ اللهُ ػَ ٤َِِْٚ َٝعَ ئِرَج ضََٞمَّأَ أَدَجسَ ج حَُْٔءَ ػَ ٠َِ شِْٓكَوَ ٤ِْٚ ” dan hadis: “ َٝلاَ ُٝمُْٞءَ ٣َزْ شًُِ جعْ الله ”?
  33. 30. Apakah maksud larangan yang terdapat pada hadis “ َٝلاَ ُٝمُْٞءَ ٣َزْ شًُِ جعْ الله ”? dan i‟rab-kan kalimat “ َٝلاَ ُٝمُْٞءَ ”! Apakah qarinah yang menyebabkan makna nafi di sini dipalingkan daripada maknanya yang sebenar?
  34. 31. Apakah hukum tasmiyah atau basmalah pada permulaan wuduk?
  35. 32. Jelaskan petunjuk Nabi (s.a.w) dalam cara berkumur dan ber-istinsyaq serta jelaskan mana yang lebih kuat antara al-fasl dan al-wasl pada keduanya disertai dengan menyebutkan pendapat-pendapat ulama mengenainya!
  36. 33. I‟rab-kan lafaz “غلاغح ”?
  37. 34. Bagaimanakah hukum tertib antara berkumur dengan ber-istinsyaq?
  38. 35. Jelaskan cara menghimpunkan antara berkumur dan ber-istinsyaq, dan adakah itu suatu perbuatan yang diwajibkan?
  39. 36. Bagaimanakah hukum orang yang tidak membasuh salah satu anggota wuduk meskipun itu hanya sedikit?
  40. 37. Bagaimanakah hukum al-muwalah (berturut-turut) dalam wuduk?
  41. 38. Apakah hukum orang yang lupa sama dengan orang yang tidak tahu ketika meninggalkan perkara yang diwajibkan dan mengapa?
  42. 39. Apakah hikmah berdoa sesudah wuduk? Sebutkan doa yang disebutkan dalam hadis mengenai masalah ini!
  43. 40. Berapakah jumlah pintu syurga dan apa sahaja nama-namanya?
  44. 41. Jelaskan hukum doa-doa yang dibaca ketika hendak membasuh setiap anggota wuduk!

_____________________

* [HR. At Thabrani dalam Al Ausath 4895, Al Haitsami berkata dalam Al-Majma’ 1229, Dalam Al Aushat dikatakan: Miswar bin Muwara’i meriwayatkan sendirian, dan tidak ditemukan biografinya, dan di dalamnya terdapat Ahmad bin Suhail Al Waraq, disebutkan dalam Ats-Tsiqat Ibnu Hibban, softwere hadits Gawamiul Kalim menyebutkan, isnadnya dhaif di dalamnya terdapat Miswar yang majhul, tetapi hadits ini dihukumi shahih lighairihi-ebook editor]

Penulis: Mualif
Editor: Muhamad Basuki
©2022 Al-Marji'

Bagikan melalui:
Artikel Terkait

Topik Pilihan