Bulughul Maram

01. Kitab Thaharah: 1. Bab Air - 04. Jika Keadaan Air Dua Qullah, Hadis No. 5

  • ARTIKEL
  • Kamis, 7 April 2022 | 08:20 WIB
  • 370
foto

Foto: © Wikipeda

Foto Qullah Mesir, salah satu jenis qullah, digunakan dalam untuk mendinginkan interior. Tembikar berpori dan kain kasar memaksimalkan area untuk penguapan. Dalam mazhab Syafi'i, ukuran dua qullah memiliki volume setara dengan 270 liter (air). Ukuran keduanya (dua kulah) bila ditempatkan pada sebuah wadah persegi empat adalah wadah dengan panjang, lebar, dan kedalaman dengan 1,25 hasta standar (atau setara dengan 91,8 cm).” (Lihat KH Afifuddin Muhajir, Fahtul Mujibil Qarib, [Situbondo, Al-Maktabah Al-As‘adiyyah: 2014 M/1434 H], halaman 10). Sumber: NU.OR.ID

٤-  وَعَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ - رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا - قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -: «إذَا كَانَ الْمَاءُ قُلَّتَيْنِ لَمْ يَحْمِلْ الْخَبَثَ» وَفِي لَفْظٍ " لَمْ يَنْجُسْ " أَخْرَجَهُ الْأَرْبَعَةُ، وَصَحَّحَهُ ابْنُ خُزَيْمَةَ وَالْحَاكِمُ وَابْنُ حِبَّانَ.

4. Dari Abdullah bin Umar RA ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Jika air itu dua kullah, maka tidak mengandung kotoran.’

[shahih: shahih Al Jami 416]

Dalam lafazh lain “Tidak mengandung najis.” (HR. Imam yang empat dan dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah, Al Hakim dan Ibnu Hibban)

[shahih: shahih Al Jami 758]

Biografi Perawi

Abdullah bin Umar adalah putra Ibnu al Khaththab. Ia masuk Islam sejak kecil di Makkah. Perang yang pertama diikutinya adalah perang Khandak. Banyak yang meriwayatkan hadits darinya, dan ia termasuk perbendaharaan ilmu. Meninggal dunia di Makkah pada tahun 73 H dan dimakamkan di Dzawi Thuwa pada pemakaman kaum Muhajirin.

Al Hakim adalah imam besar, imam para muhaqqiq (peneliti), Abu Abdullah Muhammad bin Abdullah An Naisaburi, terkenal dengan Ibnu Al Ba’i. Memiliki banyak karya ilmiah. Lahir tahun 321 H. Ia menuntut ilmu dan mengembara ke Irak ketika masih berumur 20 tahun. Kemudian menunaikan ibadah haji dan berkeliling di daerah Khurasan dan sekitarnya. Ia belajar hadits dengan cara sima (mendengar) kepada sekitar dua ribu Syaikh. Ad Daruquthni, Abu Ya’la Al Khalil dan Al Baihaqi serta banyak lagi meriwayatkan darinya.

Ia memiliki banyak karya ilmiah yang memiliki kelebihan dari yang lainnya, dengan disertai nilai-nilai ketakwaan dan religius. Ia menyusun Al Mustadrak dan Tarikh Naisabur serta yang lainnya. Ia meninggal pada bulan Shafar tahun 405 H.

Ibnu Hibban; Adz Dzahabi berkata, “Dia adalah Hafizh Allamah Abu Hatim Muhammad bin Hibban bin Ahmad bin Hibban Al Basti. Memiliki banyak karya ilmiah. Ia mendengar dari umat yang tak terhitung jumlahnya mulai dari Mesir hingga Khurasan. Al Hakim dan ulama yang lain meriwayatkan darinya. Ibnu Hibban adalah termasuk ahli fikih dan penghafal atsar, mendalami ilmu kedokteran dan ilmu perbintangan dan disiplin-disiplin ilmu lainnya. Ia menyusun Al Musnad Ash Shahih, At Tarikh dan Kitab Adh Dhuafa’. Ia mengajarkan fikih kepada umat Islam di Samarqand. Al Hakim berkata, “Ibnu Hibban adalah perbendaharaan ilmu, fikih, bahasa dan nasihat, dan termasuk perawi hadits yang cerdas. Meninggal dunia pada bulan Syawal tahun 354 H.

Tafsir Hadits

Hadits ini telah diisyaratkan terdahulu, bahwa ia merupakan dalil Asy-Syafi'iyah dalam hal menjadikan air yang banyak yaitu yang sampai dua kullah. Telah dijelaskan bahwa Al Hadawiyah dan Al Hanafiyah tidak mengamalkannya karena alasan idhthirab (goncang) pada matannya; dimana dalam satu riwayat, “Jika sampai tiga kullah”, dan dalam riwayat lainnya, “satu kullah”, juga lantaran tidak diketahuinya ukuran satu kullah itu, dan maknanya mengandung kemungkinan lain. Karena sabda beliau, ‘tidak mengandung kotoran’, bisa jadi karena air yang sedikit itu kalah dengan kotoran sehingga kotoran tersebut merusak kesuciannya. Juga boleh jadi karena kotoran tersebut lenyap di dalamnya, semua ini telah dijawab oleh Asy-Syafi'iyah. Ia telah memaparkannya dalam Asy Syarh kecuali untuk hadits yang terakhir tidak disebutkannya, sepertinya ia meninggalkannya lantaran lemahnya, karena riwayat ‘tidak bernajis’ jelas tidak mengandung makna yang pertama.

[إبانة الأحكام]

4 - وَعَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ - رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا - قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ - صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إِذَا كَانَ الْمَاءَ قُلَّتَيْنِ لَمْ يَحْمِلْ الْخَبَثَ». وَفِي لَفْظٍ: «لَمْ يَنْجُسْ». أَخْرَجَهُ الْأَرْبَعَةُ, وَصَحَّحَهُ ابْنُ خُزَيْمَةَ. وَابْنُ حِبَّانَ وَالحَاكِمُ (1)


4. Daripada „Abdullah ibn „Umar (r.a) bahawa Rasulullah (s.a.w) pernah bersabda: “Apabila air yang banyaknya dua qullah, maka ia tidak membawa najis.” Menurut lafaz yang lain: “tidak najis.” (Disebut oleh al-Arba‟ah, dan dinilai sahih oleh Ibn Khuzaimah, al-Hakim dan Ibn Hibban).

Makna Hadis

Berapa banyak Rasulullah (s.a.w) menjawab orang yang bertanya kepadanya dengan jawapan yang jelas dan tepat, supaya menjadi pelita yang dapat digunakan sebagai petunjuk untuk sepanjang masa. Ini termasuk sabda yang memisahkan antara perkara yang hak dan yang batil, dan merupakan tanda kenabiannya.

Rasulullah (s.a.w) pernah ditanya mengenai air yang ada di tengah padang pasir, iaitu pada dataran rendah dan tempat genangan air serta tempat yang selainnya. Air seperti itu biasanya tidak diketahui takaran dan jumlahnya, lalu Nabi (s.a.w) memberitahu bahawa air itu apabila jumlahnya mencapai dua qullah tidak membawa najis, ertinya tidak menerima najis, bahkan najis itu tidak mempengaruhi kesuciannya.

Analisis Lafaz

قُلَّتَيْنِ bentuk tatsniyah dari lafaz qullah yang ertinya wadah besar menurut buatan Hajar3, beratnya lebih kurang lima ratus kati Iraq sama dengan 446 tiga pertujuh kati Mesir, atau 93 sha' tiga mudd atau lima qirath Hijaz atau sepuluh shafihah.
لَمْ يَحْمِلْ الْخَبَثَ tidak memuat najis.
لَمْ يَنْجُسْ tidak terkena najis, atau najis tidak dapat mempengaruhi kesuciannya.

Fiqh Hadis

1. Bekas jilatan binatang dan haiwan buas pada kebanyakannya tidak terlepas daripada najis, sebab biasanya haiwan buas apabila datang ke kolam untuk meminum air, ia menceburkan diri ke dalam kolam tersebut, lalu kencing di dalamnya, bahkan ada ketikanya tubuh haiwan itu tidak terlepas dari bekas kencing dan kotorannya.
2. Berdasarkan hadis ini, Imam al-Syafi‟i dan Imam Ahmad membuat suatu ketetapan bahawa air banyak itu ialah air yang jumlahnya mencapai dua qullah dan tidak ada sesuatu pun yang membuatnya menjadi najis selagi warna, bau atau rasanya tidak berubah.

Periwayat Hadis

'Abdullah ibn 'Umar ibn al-Khatthab al-'Adawi, nama julukannya adalah Abu 'Abdurrahman al-Makki. Beliau masuk Islam sejak usia kanak-kanak lagi di Mekah, turut berhijrah bersama ayahnya, 'Umar (r.a) dan turut menyertai perang al-Khandaq serta Bai'at al-Ridhwan. Hadis yang diriwayatkannya berjumlah 1,630. Anak-anaknya mengambil riwayat hadis daripadanya. Mereka adalah Salim, Hamzah dan Ubaidillah. Demikian pula dengan tabi'in yang jumlah mereka pun ramai. Ibn 'Umar (r.a) ini adalah seorang yang zuhud, warak dan seorang imam yang memiliki pengetahuan yang luas serta ramai pengikutnya. Beliau meninggal dunia di Mekah pada tahun 94 Hijriah dan dikebumikan di Mekah.

Orang yang Menyebutkan Hadis

Al-Hakim adalah imam para muhaqqiqin, julukannya adalah Abu 'Abdullah, sedangkan nama aslinya adalah Muhammad ibn 'Abdullah al-Naisaburi dan dikenali dengan Ibn al-Bai'. Beliau lahir pada tahun 321 Hijriah. Ketika berusia dua puluh tahun, beliau berangkat ke Iraq, lalu melaksanakan ibadah haji. Setelah itu, beliau mengelilingi Khurrasan dan negeri-negeri Asia Tengah. Beliau telah mendengar (hadis) daripada dua ribu orang syeikh dan telah mengambil hadis daripadanya al-Daruquthni, Imam al-Baihaqi, dan ramai ulama yang lain. Beliau seorang yang bertakwa, taat dalam menjalankan ajaran agama dan mempunyai banyak karya tulisan yang luar biasa. Di antara karya tulisannya ialah kitab al-Mustadrak dan Tarikh Naisabur. Beliau meninggal dunia pada tahun 405 Hijriah.

Ibn Hibban, gelarannya ialah al-Hafiz dan al-'Allamah, julukannya adalah Abu Hatim, sedangkan nama aslinya adalah Muhammad ibn Hibban ibn Ahmad al-Busti. Beliau adalah salah seorang ahli fiqh terkemuka dan memiliki hafalan hadis yang kuat dan mengajar fiqah di Samarqand. Imam al-Hakim mengambil hadis daripadanya. Imam al-Hakim mengatakan bahawa Ibn Hibban adalah lautan ilmu fiqh, berwibawa dalam menyampaikan khutbah, pakar bahasa dan seorang ulama yang berkarisma. Beliau meninggal dunia pada tahun 354 Hijriah dalam usia 80 tahun.***

3) Hajar adalah nama suatu tempat di kawasan Bahrain, terkenal dengan gentongnya yang mereka jual ke Madinah, lalu penduduk Madinah meniru buatan mereka.

Penulis: Mualif
Editor: Muhamad Hanif Ja'far Shiddiq
©2022 Al-Marji'

Bagikan melalui:

Topik Pilihan