52 - وَعَنْ طَلْحَةَ بْنِ مُصَرِّفٍ, عَنْ أَبِيهِ, عَنْ جَدِّهِ قَالَ: رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم [ص:19] يَفْصِلُ بَيْنَ الْمَضْمَضَةِ وَالِاسْتِنْشَاقِ. أَخْرَجَهُ أَبُو دَاوُدَ بِإِسْنَادِ ضَعِيفٍ. (1)
__________
(1) - ضعيف. رواه أبو داود (139)
47. Dari Thalhah bin Musharrif dari ayahnya dari kakeknya ia berkata, aku melihat Rasulullah SAW memisahkan antara kumur-kumur dan istinsyaq (memasukkan air ke dalam hidung). (HR. Abu Daud dengan sanad dhaif)
[Dhaif: Dhaif Abu Daud 139]
ـــــــــــــــــــــــــــــ
[سبل السلام]
Biografi Perawi
Thalhah, yaitu Abu Muhammad – atau Abu Abdullah – Thalhah bin Musharrif. Ia adalah seorang tokoh dan pemuka dari kalangan tabi’in. Meninggal dunia tahun 112 H.
Tafsir Hadits
Hadits ini dikeluarkan oleh Abu Daud dengan sanad lemah, karena termasuk riwayat Laits bin Abi Sulaim, sedang ia dhaif. Imam An Nawawi berkata, “para ulama telah sepakat mengenai kedhaifannya”, dan dikarenakan Musharif yaitu ayah Thalhah majhul. Abu Daud berkata, “Saya mendengar Ahmad berkata, ‘Ibnu Uyainah berdalih bahwa ia mengingkarinya dan berkata, Ada apa dengan Thalhah bin Musharrif dari ayahnya dari kakeknya?’”
Hadits tersebut adalah dalil pemisahan antara kumur-kumur dan memasukkan air ke dalam hidung, yaitu dengan mengambil untuk keduanya air yang baru. Dan juga telah ditegaskan oleh hadits Ali RA dan Utsman, bahwa keduanya memisahkan kumur-kumur dan memasukkan air ke dalam hidung, kemudian ia berkata, “Demikian inilah kami melihat Rasulullah SAW berwudhu.” Dikeluarkan oleh abu Ali Ibnu Sakan dalam Shihah-nya. Dan pendapat ini yang dianut oleh jumhur.
Al Hadawiyah berpendapat bahwa yang sunnah adalah mengumpulkan keduanya dengan satu cidukan, berdasarkan hadits yang diriwayatkan Ibnu Majah dari hadits Ali RA:
«أَنَّهُ تَمَضْمَضَ فَاسْتَنْشَقَ ثَلَاثًا مِنْ كَفٍّ وَاحِدَةٍ»
bahwa ia berkumur-kumur dan memasukkan air ke dalam hidungnya dari satu cidukan. Dan juga dikeluarkan oleh Abu Daud.
[Shahih: shahih Ibnu Majah 410 dan shahih Abu Daud 111]
Menyatukan keduanya diriwayatkan dari hadits Ali RA dari enam jalan, dan salah satu di antaranya sebentar lagi akan disebutkan. Demikian pula dari hadits Utsman yang diriwayatkan oleh Abu Daud dan yang lainnya. Dalam lafazh lain milik Ibnu Hibban,
[ثَلَاثَ مَرَّاتٍ مِنْ ثَلَاثِ حَفَنَاتٍ]
“tiga kali, dari tiga kali sepenuh telapak tangan.” [Shahih Ibnu Hibban 1077]
Dan lafazh milik Al Bukhari
[ثَلَاثَ مَرَّاتٍ غَرْفَةً وَاحِدَةً]
“Tiga kali dari satu kali ciduk.”
Meskipun kedua riwayat itu memang ada –yaitu antara memisahkan dan menyatukan- tetapi yang dekat kepada kebenaran adalah diberikan pilihan, dan semuanya sunnah, meski riwayat tentang mengumpulkan lebih banyak dan lebih absah. Yang terpilih dalam Asy Syarh adalah memberikan pilihan, dan ia berkata, ‘Pendapat tersebut adalah pendapat Imam Yahya.’
Perlu diketahui, bahwa mengumpulkannya terkadang dengan satu ciduk, dan terkadang dengan tiga kali ciduk, sebagaimana hal itu diisyaratkan zhahir ucapannya dalam hadits: ‘Dari satu kali sepenuh telapak tangan’ dan ‘Dari satu ciduk’, dan juga terkadang mengumpulkannya dengan tiga kali ciduk, setiap satu kali dari ketiganya satu ciduk, sebagaimana yang dijelaskan., ‘tiga kali dari tiga kali sepenuh telapak tangan.’
Al Baihaqi berkata dalam As sunan setelah menyebutkan hadits tersebut, bahwa Rasulullah SAW berkumur-kumur dan menghembuskan air dari hidung setiap satu kali dari satu ciduk, kemudian beliau mengulanginya tiga kali dari tiga kali ciduk. Lebih lanjut ia menuturkan, ‘Dan hal itu ditunjukkan oleh hadits Abdullah bin Zaid, lalu ia menyebutkannya dengan sanadnya, dan di dalamnya disebutkan,
«ثُمَّ أَدْخَلَ يَدَهُ فِي الْإِنَاءِ فَمَضْمَضَ وَاسْتَنْشَقَ وَاسْتَنْثَرَ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ مِنْ ثَلَاثِ غَرْفَاتٍ مِنْ مَاءٍ»
“Kemudian ia memasukkan tangannya ke dalam bejana, lalu berkumur-kumur dan memasukkan air ke dalam hidung serta menghembuskannya tiga kali dari tiga kali ciduk air.”,
kemudian ia berkata, ‘Diriwayatkan oleh Al Bukhari dalam Ash Shahih’, dengan demikian maka jelaslah kemungkinan ini.***
ـــــــــــــــــــــــــــــ
[إبانة الأحكام]
وَعَنْ طَلْحَةَ بْنِ مُصَرِّفٍ, عَنْ أَبِيهِ, عَنْ جَدِّهِ قَالَ: رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم [ص:19] يَفْصِلُ بَيْنَ الْمَضْمَضَةِ وَالِاسْتِنْشَاقِ. أَخْرَجَهُ أَبُو دَاوُدَ بِإِسْنَادِ ضَعِيفٍ
47. Daripada Talhah ibn Musharrif daripada ayahnya daripada datuknya, beliau berkata: “Saya pernah melinat Rasulullah (s.a.w) memisahkan antara berkumur dengan ber-istinsyaq.” (Disebut oleh Abu Dawud dengan sanad yang dha'if)
Makna Hadis
Rasulullah (s.a.w) pernah memisahkan antara berkumur dengan ber-istinsyaq (memasukkan air ke dalam hidung dan kemudian mengeluarkannya semula) ketika berwuduk dengan mengambil air yang baru untuk berkumur dan ber-istinsyaq. Pada kesempatan yang lain baginda pernah menggabungkan di antara keduanya. Semua itu dilakukan oleh Nabi (s.a.w) untuk memberi kemudahan kepada umatnya. Ada di antara ulama yang mengambil cara menggabungkan antara berkumur dengan ber-istinsyaq ada pula yang mengutamakan cara memisahkan antara keduanya.
Analisis Lafaz
يَفْصِلُ memisahkan, yakni mengambil air yang baru bagi berkumur dan ber-istinsyaq.
الْمَضْمَضَةِ menggerakkan air di dalam mulut, kemudian mengeluarkannya semula, berkumur-kumur.
الِاسْتِنْشَاقِ memasukkan air ke dalam hidung, lalu menariknya dengan nafas hingga sampai ke bahagian paling dalam, lalu mengeluarkannya semula. Usaha mengeluarkan air semula ini ini disebut al-istintsar, tetapi ia tidak disebut di dalam teks hadis kerana sudah memadai dengan menyebutkan al-istinsyaq.
بِإِسْنَادِ ضَعِيفٍ dengan sanad yang dha'if, kerana hadis ini melalui riwayat Laits ibn Sulaim. Ulama telah bersepakat akan kedha'ifannya di samping Musharrif, bapa kepada Talhah tidak diketahui statusnya.
Fiqh Hadis
Disyariatkan memisahkan antara berkumur dan ber-istinsyaq dengan cara mengambil air yang baru untuk berkumur dan ber-instinsyaq. Ulama berselisih pendapat dalam dalam masalah ini.
1. al-Fasl (memisahkan antara berkumur dengan ber-istinsyaq) lebih diutamakan. Inilah pendapat mazhab Imam Malik, Imam Abu Hanifah dan salah satu daripada dua pendapat Imam al-Syafi'i.
2. Al-Wasl (menggabungkan antara berkumur dengan ber-istinsyaq) lebih diutamakan. Inilah pendapat paling sahih daripada pendapat Imam Syafi'i yang kedua.
3. Al-Takhyir (boleh memilih sama ada memisahkan atau menggabungkan). Inilah pendapat Imam Ahmad.
Periwayat Hadis
Talhah ibn Musharrif ibn Ka'b ibn 'Amr al-Yami dan nama panggilannya adalah Abu Muhammad al-Kufi. Beliau seorang ulama di mana para ulama menyebutnya sebagai Sayyid al-Qurra'. Beliau dinilai tsiqah oleh Abu Hatim dan Ibn Mu'in. Beliau mengambil riwayat daripada 'Abdullah ibn Abu Aufa, Anas, Sa'id ibn Jubair dan Abu Shalih al-Samman. Anak lelakinya bernama Muhammad dan Abu Ishaq serta Syu'bah dan banyak lagi telah mengambil riwayat daripadanya. Beliau meninggal dunia pada tahun 112 Hijriah.
Musharrif ibn Ka'b ibn 'Amr al-Yami al-Subai'i adalah bapa kepada Talhah. Manakala Ka'b ibn 'Amr al-Yami yang riwayatnya diambil oleh Musharrif adalah datuk Talhah.***
Sumber: 1. Bulugh al-Maram min Adillat al-Ahkam karangan Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani (773 H - 852 H) 2. Subulus Salam Karangan Imam Ash-Shan'ani (w. 1182 H). 3. Ibanatul Ahkam Karangan Alawi Abbas Al-Maliki (w. 1391 H) dan Hasan Sulaiman An-Nuri. Untuk kitab Ibanatul Ahkam jilid 3 dan 4 dilanjutkan oleh Abu Abdullah bin Abd al-Salam ‘Allusy.