Bulughul Maram

01. Kitab Thaharah: 4. Bab Wudhu, Disyariatkan Membaca Basmalah, Hadis No. 49

  • ARTIKEL
  • Kamis, 1 September 2022 | 07:49 WIB
foto

Foto: detik.com

49 - وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ - رضي الله عنه - قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم: «لَا وُضُوءَ لِمَنْ لَمْ يَذْكُرِ اسْمَ اللَّهِ عَلَيْهِ». أَخْرَجَهُ أَحْمَدُ, وَأَبُو دَاوُدَ, وَابْنُ مَاجَهْ, بِإِسْنَادٍ ضَعِيفٍ. (1)
__________
(1) - حسن بشواهده. رواه أحمد (2/ 418)، وأبو داود (101)، وابن ماجه (399)

50 - وَلِلترْمِذِيِّ: عَنْ سَعِيدِ بْنِ زَيْدٍ. (1)
__________
(1) - سنن الترمذي (25)

51 - وَأَبِي سَعِيدٍ نَحْوُهُ. (1)
قَالَ أَحْمَدُ: لَا يَثْبُتُ فِيهِ شَيْءٌ. (2)
__________
(1) - «العلل الكبير» (112 - 113)
(2) - كما في «مسائل ابن هانيء» (1/ 16/3) قلت: ولكن الحديث حسن بشواهده، وصححه غير واحد من الحافظ، وقد فصلت القول فيه في «الأصل».

46. Dari Abu Hurairah RA ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Tidak ada wudhu bagi orang yang tidak membaca basmalah atasnya.” (HR. Ahmad, Abu Daud dan Ibnu Majah dengan sanad lemah)  Dan At Tirmidzi dari Said bin Zaid.  Dan Abu Sa’id sepertinya. Dan Ahmad berkata, ‘Tidak ada sedikitpun yang shahih padanya.’

[Syaikh Al-Albani menshahihkan hadits ini dalam Shahih Al Jami' 7573 –ebook editor]

ـــــــــــــــــــــــــــــ

[سبل السلام]

Tafsir Hadits:

Hadits ini adalah potongan dari hadits yang dikeluarkan oleh para perawi yang telah disebutkan, sebab mereka mengeluarkannya dengan lafazh:

«لَا صَلَاةَ لِمَنْ لَا وُضُوءَ لَهُ، وَلَا وُضُوءَ لِمَنْ لَمْ يَذْكُرْ اسْمَ اللَّهِ»

“Tidak sah shalat bagi orang yang tidak berwudhu, dan tidak sah wudhu bagi yang tidak menyebut basmalah.”

Hadits tersebut diriwayatkan dari jalan Ya’qub bin Salamah Al Laitsi dari ayahnya dari Abu Hurairah RA. Al Bukhari berkata, “Tidak dikenal bahwa ia mendengar dari ayahnya, dan ayahnya tidak mendengar dari Abu Hurairah RA.” Ia memiliki jalan lain menurut Ad Daruquthni dan Al Baihaqi, akan tetapi lemah. Sedangkan menurut At Thabrani dari hadits Abu Hurairah RA dengan lafazh perintah:

«إذَا تَوَضَّأْت فَقُلْ: بِسْمِ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ، فَإِنَّ حَفَظَتَك لَا تَزَالُ تَكْتُبُ لَك الْحَسَنَاتِ حَتَّى تُحْدِثَ مِنْ ذَلِكَ الْوُضُوءَ»

“Jika engkau berwudhu, maka bacalah Bismillah dan alhamdulillah, sebab jika engkau menjaganya akan senantiasa ditulis kebaikan bagimu hingga engkau berhadats dari wudhu tersebut.” akan tetapi sanadnya lemah.

[Hadits tersebut diriwayatkan oleh At Thabrani dalam Mu’jam Ash-Shaghir 196, dan Al Haitsami menyatakan sanadnya hasan dalam Al Majma’ 1112- ebook editor]

Ahmad berkata, “Tidak ada sedikit pun yang kuat.” Hadits Sa’id bin Zaid juga diriwayatkan oleh Al Bazzar, Ahmad, Ibnu Majah dan Ad Daruquthni serta yang lainnya.

Imam At Tirmidzi berkata, “Sesungguhnya telah dikatakan oleh Muhammad –yakni Imam Al Bukhari- sesungguhnya hadits itu adalah hadits yang paling baik dalam bab ini, akan tetapi lemah, sebab di antara perawinya terdapat orang-orang yang tidak dikenal identitasnya. Sedang riwayat Abu Sa'id Al Khudri yang dikeluarkan oleh At Tirmidzi dan yang lainnya termasuk riwayat Katsir dari Rabih bin Abdurrahman bin Abu Sa’id, akan tetapi terdapat cacat pada Katsir bin Zaid dan juga pada Rabih.

Hadits tentang tasmiyah (mengucapkan basmalah) telah diriwayatkan dari hadits Aisyah RA, Sahl bin Sa’ad, Abu Saburah, Ummu Sabirah, Ali dan Anas dan semua riwayat tersebut terdapat komentar, tetapi riwayat-riwayat ini saling menguatkan satu dengan lainnya, maka ia menjadi kuat, oleh karena itu Ibnu Abi Syaibah berkata, “Telah tegas bagi kami bahwa Nabi SAW mengucapkannya.”

Jika hal ini telah Anda ketahui, maka hadits tersebut menunjukkan disyariatkan tasmiyah ketika wudhu. Dan zhahir ucapannya, ‘Tidak ada wudhu’ artinya tidak sah, dan tidak ada penafsiran lainnya sebab asal penafian adalah mengandung makna yang sebenarnya.

Dalam hal itu para ulama berbeda pendapat; Al Hadawiyah berpendapat bahwa tasmiyah adalah fardhu  bagi yang ingat, dan Ahmad bin Hambal juga mengatakan hal itu. Sementara Azh-Zhahariyah mengatakan bagi yang ingat dan juga bagi yang lupa. Al Hadi berpendapat dalam salah satu pendapatnya hal itu sunnah, dan itu pula pendapat Al Hanafiyah dan Asy-Syafi'iyah, berdasarkan hadits Abu Hurairah RA:

«مَنْ ذَكَرَ اللَّهَ أَوَّلَ وُضُوئِهِ طَهُرَ جَسَدُهُ كُلُّهُ، وَإِذَا لَمْ يَذْكُرْ اسْمَ اللَّهِ لَمْ يَطْهُرْ مِنْهُ إلَّا مَوْضِعُ الْوُضُوءِ»

Siapa yang menyebut nama Allah dari awal wudhunya, maka sucilah semua tubuhnya, dan jika tidak menyebut nama Allah, maka tidak ada yang suci melainkan hanya anggota wudhu.” Dikeluarkan Ad Daruquthni dan yang lainnya, hadits ini dhaif.

Al Baihaqi dalam As Sunan berkata setelah meriwayatkannya, “Ini juga lemah”, yang dimaksud adalah Abu Bakar ad Dahiri –salah seorang perawinya- tidak tsiqah menurut ahli hadits.

Hadits itu juga dijadikan dalil bagi yang membedakan antara yang ingat dan yang lupa, dengan mengatakan, “yang pertama adalah bagi yang sengaja, dan ini bagi yang lupa.” Hadits Abu Hurairah RA yang terakhir ini –meskipun lemah- tetapi dikuatkan dalam peniadaan kewajibannya oleh hadits, “berwudhulah sebagaimana yang diperintahkan Allah pAdamu’, adalah dalil yang menafikan kewajiban hadits bab ini, bahwa yang dimaksudkan adalah wudhu tidak sempurna, dengan alasan bahwa hadits ini diriwayatkan dengan lafazh, ‘Tidak ada wudhu yang sempurna’ , akan tetapi penulis berkata, ‘Kami tidak melihatnya dengan lafazh ini.” adapun pendapat bahwa hadits ini kuat menunjukkan perintah wajib, maka ia dianggap lemah karena di dalamnya tidak ada penegasan yang menunjukkan wajib. Dan yang menunjukkan bahwa ia sunnah adalah hadits ‘Segala urusan penting...” maka hadits ini dan hadits di atas saling mendukung atas disyariatkannya secara mutlak, setidaknya sunnah.***

ـــــــــــــــــــــــــــــ

[إبانة الأحكام]

وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ - رضي الله عنه - قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم: «لَا وُضُوءَ لِمَنْ لَمْ يَذْكُرِ اسْمَ اللَّهِ عَلَيْهِ». أَخْرَجَهُ أَحْمَدُ, وَأَبُو دَاوُدَ, وَابْنُ مَاجَهْ, بِإِسْنَادٍ ضَعِيفٍ

وَلِلترْمِذِيِّ: عَنْ سَعِيدِ بْنِ زَيْدٍ

وَأَبِي سَعِيدٍ نَحْوُهُ

قَالَ أَحْمَدُ: لَا يَثْبُتُ فِيهِ شَيْءٌ

46. Daripada Abu Hurairah (r.a), beliau berkata: Rasulullah (s.a.w) bersabda: “Tidak sempurna wuduk seseorang yang tidak menyebut nama Allah ketika melakukannya.” (Disebut oleh Imam Ahmad, Abu Dawud, dan Ibn Majah dengan sanad yang dha'if)

Al-Tirmizi turut menyebut hadis serupa, tetapi melalui Sa'id ibn Zaid dan demikian pula Abu Sa'id turut menyebutnya dengan lafaz yang serupa.

Imam Ahmad berkata: “Hadis ini sama sekali tidak sabit.”

Makna Hadis

Ulama telah bersepakat bahawa solat tidak sah kecuali dalam keadaan bersuci, kerena dalam riwayat yang lain hadis ini disebut dengan lafaz seperti berikut:

لَا صَلَاةَ لِمَنْ لَا وُضُوءَ لَهُ، وَلَا وُضُوءَ لِمَنْ لَمْ يَذْكُرْ اسْمَ اللَّهِ

“Tidak sah solat orang yang tidak berwuduk, dan tidak sempurna wuduk seseorang yang tidak menyebut nama Allah ketika melakukannya.”

Huruf la yang terdapat pada lafaz لَا وُضُوءَ untuk menafikan jenis. Dengan erti kata lain, tidak sempurna wuduk seseorang yang tidak menyebut nama Allah. Maksud hadis ini adalah meniadakan kesempurnaan kerana para imam telah bersepakat bahawa tasmiyah atau membaca basmalah tidak termasuk rukun wuduk.

Analisis Lafaz

يَذْكُرِ al-zikr ialah menyebut sesuatu dengan lisan.
بِإِسْنَادٍ ضَعِيفٍ dengan sanad yang dha'if, kerana hadis ini diriwayatkan melalui jalur Ya'qub ibn Salamah daripada ayahnya daripada Abu Hurairah (r.a). Al-Bukhari berkata: “Tidak pernah diketahui yang Ya'qub pernah mendengar hadis daripada ayahnya, dan ayahnya pula tidak pernah diketahui menerima hadis daripada Abu Hurairah.”
نَحْوُهُ serupa dengan hadis Abu Hurairah di atas.
قَالَ أَحْمَدُ: لَا يَثْبُتُ فِيهِ شَيْءٌ, hadis ini sama sekali tidak sabit. Ini kerana di dalam sanad-sanadnya masih dipertikai, tetapi jalur-jalurnya saling menguatkan antara satu sama lain. Oleh itu, Ibn Abu Syaibah berkata: “Telah terbukti bagi kami bahawa Nabi (s.a.w) telah bersabda demikian.”

Fiqh Hadis

Disyariatkan membaca basmalah ketika hendak berwuduk. Sehubungan itu, para ulama berbeza pendapat dalam masalah ini. Imam Ahmad mengatakan bahawa membaca basmalah adalah fardu, sama ada bagi orang yang ingat mahupun orang yang lupa. Sedangkan jumhur ulama mengatakan bahawa membaca basmalah hanyalah sunat, kerana berlandaskan kepada hadis Abu Hurairah (r.a) yang mengatakan:

“Barang siapa yang menyebut nama Allah pada permulaan wuduknya, maka sucilah seluruh tubuhnya. Jika dia tidak menyebut nama Allah, maka tubuhnya tidak suci kecuali anggota-anggota wuduknya sahaja.”

Periwayat Hadis

Sa'id ibn Zaid ibn 'Amr ibn Nufail al-'Adawi, salah seorang sahabat yang telah mendapat kesaksian untuk masuk syurga dan salah seorang Muhajirin pertama. Beliau mengikuti kesemua peperangan kecuali perang Badar dan Rasulullah (s.a.w) telah menetapkan bahagian ghanimah untuknya. Hadis yang diriwayatkannya berjumlah 38 dan antara orang yang mengambil riwayat daripadanya adalah 'Amr ibn Hurayyits, 'Urwah dan 'Utsman al-Nahdi. Beliau meninggal dunia pada tahun 51 Hijriah, kemudian jenazahnya dibawa ke Madinah.***

Sumber: 1. Bulugh al-Maram min Adillat al-Ahkam karangan  Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani (773 H - 852 H) 2. Subulus Salam Karangan Imam Ash-Shan'ani (w. 1182 H). 3. Ibanatul Ahkam Karangan Alawi Abbas Al-Maliki (w. 1391 H) dan  Hasan Sulaiman An-Nuri. Untuk kitab Ibanatul Ahkam jilid 3 dan 4 dilanjutkan oleh Abu Abdullah bin Abd al-Salam ‘Allusy.

Penulis: Mualif
Editor: Muhamad Basuki
©2022 Al-Marji'

Bagikan melalui:
Artikel Terkait

Topik Pilihan