٣ - وَعَنْ أَبِي أُمَامَةَ الْبَاهِلِيِّ - رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ - قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - «إنَّ الْمَاءَ لَا يُنَجِّسُهُ شَيْءٌ، إلَّا مَا غَلَبَ عَلَى رِيحِهِ وَطَعْمِهِ وَلَوْنِهِ» أَخْرَجَهُ ابْنُ مَاجَهْ، وَضَعَّفَهُ أَبُو حَاتِمٍ
- وَلِلْبَيْهَقِيِّ «الْمَاءُ طَهُورٌ إلَّا إنْ تَغَيَّرَ رِيحُهُ، أَوْ طَعْمُهُ، أَوْ لَوْنُهُ، بِنَجَاسَةٍ تَحْدُثُ فِيهِ»
3. Dari Abu Umamah Al Bahili RA, Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya air itu tidak ada yang dapat menajiskannya kecuali yang merubah bau, rasa dan warnanya.” (HR. Ibnu Majah dan didhaifkan oleh Ibnu Abi Hatim)
[Dhaif: Dhaif Ibnu Majah 527]
Dan bagi Al Baihaqi, “Air itu suci kecuali jika berubah bau, rasa dan warnanya disebabkan najis yang memasukinya.”
[Sunan Al Baihaqi 1/259: Adh-Dhaifah 2644]
ـــــــــــــــــــــــــــــ
[سبل السلام]
Biografi Perawi
Abu Umamah, namanya shudai. Al Bahili dinisbatkan kepada Bahilah. Nama ayahnya Ajlan. Abu Umamah pernah tinggal di Mesir kemudian pindah dan tinggal di Himah lalu meninggal di sana pada tahun 81 H, pendapat lain tahun 86 H. Ada yang mengatakan bahwa dia adalah shahabat yang terakhir meninggal dunia di Syam. Termasuk shahabat yang banyak meriwayatkan hadits dari Rasulullah SAW.
Tafsir Hadits
Hadits di atas dikeluarkan oleh Ibnu Majah dan didhaifkan oleh Ibnu Abi Hatim. Adz Dzahabi berkata mengenai dirinya, “Abu Hatim adalah Ar-Razi, Imam Hafizh besar Muhammad bin Idris bin al Mundzir al Handzali, salah seorang ulama terkemuka, lahir tahun 195. Beliau menyanjungnya dan berkata, “An Nasa'i berkata, Tsiqah”. Abu Hatim meninggal dunia pada bulan Sya’ban tahun 277 H, dalam usia 82 tahun.
Ia mendha’ifkan hadits tersebut karena berasal dari riwayat Rasyid bin Sa’d. Ibnu Yunus berkata, “Dia adalah orang shalih dalam agamanya, lalu ditimpa kelalaian orang-orang shalih, maka ia rancu dalam haditsnya dan ia matruk.”
Hakikat hadits dhaif adalah yang luput padanya salah satu dari syarat-syarat hadits shahih dan hadits hasan. Ia memiliki enam sebab yang terkenal, diterangkan dalam Asy-Syarh.
Dan bagi Al Baihaqi, ia adalah seorang Hafizh, allamah dan Syaikh di Khurasan, Abu Bakar Ahmad bin al Husain, ia memiliki karya-karya yang beliau pernah ada yang menyamainya sebelumnya. Ia seorang yang zuhud, wara’ dan bertakwa. Telah mengembara ke Hijaz dan Iraq. Adz Dzahabi berkata, “Karyanya hampir seribu jilid.” Baihaq adalah daerah dekat Naisabur.
Artinya, riwayat dengan lafazh, “Air itu suci kecuali jika berubah bau, rasa atau warnanya”, diathafkan atasnya binjasatin tahdutsu fiihi, huruf ba adalah sababiyah, artinya dengan sebab najis yang masuk ke dalamnya.
Penulis berkata, “sesungguhnya Ad Daruquthni telah berkata, ‘Hadits ini tidak kuat’. Asy-Syafi'i berkata, ‘Saya tidak pernah mengatakan bahwa jika air itu berubah rasa, bau ataupun warnanya adalah najis, dan diriwayatkan dari Nabi SAW dari satu jalur yang para ahli hadits tidak menegaskan sepertinya.’ Dan Imam An Nawawi berkata, ‘Para ulama hadits telah sepakat melemahkannya, maksudnya melemahkan riwayat pengecualian bukan awal hadits, karena telah ditegaskan dalam hadits Sumur Buda’ah, akan tetapi tambahan ini para ulama telah sepakat mengenai hukumnya.’”
Ibnu Al Mundzir berkata, “para ulama telah sepakat bahwa air sedikit dan banyak jika ada najis yang jatuh ke dalamnya lalu mengubah rasa atau warna atau baunya maka air itu najis, maka ijma adalah dalil atas najisnya air yang berubah salah satu sifatnya bukan karena tambahan ini.
[إبانة الأحكام]
3. Daripada Abu Umamah al-Bahili (r.a) bahawa Rasulullah (s.a.w) pernah bersabda: “Sesungguhnya tidak ada sesuatu apa pun yang dapat membuat air itu menjadi najis kecuali dicemari oleh sesuatu yang menimbulkan perubahan pada bau, rasa, dan warnanya.” (Disebut oleh Ibn Majah dan dinilai dha'if oleh Abu Hatim)
Menurut riwayat al-Baihaqi: “Air itu suci dan menyucikan kecuali jika berubah bau, rasa, atau warnanya kerana dicemari najis.”
Makna Hadis
Air yang banyak akan menjadi najis apabila dicemari oleh najis dan salah satu daripada tiga sifatnya berubah. Apa yang dimaksudkan dengan sifat air ialah warna, rasa, dan baunya. Air dianggap suci dan menyucikan apabila najis yang jatuh ke dalamnya tidak merubah salah satu daripada sifatnya itu.
Analisis Lafaz
غَلَبَ عَلَى رِيحِهِ وَطَعْمِهِ, وَلَوْنِهِ maksudnya ialah salah satu sifatnya berubah, bukan semuanya, dan perubahan itu disebabkan oleh najis yang mencemarinya. Dari kalimat terakhir ini dapat disimpulkan bahawa apabila berubah kerana sesuatu yang suci, seperti yang disebut di dalam riwayat lain, maka air tersebut tidak menjadi najis, sebaliknya tetap kekal suci, namun tidak menyucikan. Air seperti itu biasanya digunakan untuk minum dan bukan digunakan untuk ibadah seperti berwuduk dan mandi junub.
تَحْدُثُ فِيهِ yang terjatuh ke dalamnya atau yang mencemarinya.
ضَعَّفَهُ Abu Hatim menilai hadis ini sebagai dha'if kerana berasal daripada riwayat Rusydin ibn Sa'ad. Pada mulanya beliau adalah seorang yang soleh dalam beragama, kemudian beliau mengalami jadzab (gila) orang yang soleh hingga para ulama hadis tidak lagi menerima riwayatnya.
Fiqh Hadis
Para ulama bersepakat bahawa air itu apabila dicemari atau dijatuhi najis hingga merubah salah satu daripada sifatnya, yakni warna, rasa, atau baunya, maka air itu menjadi najis.
Periwayat Hadis
Abu Umamah, nama aslinya ialah Shada ibn 'Ajlan al-Bahili, seorang sahabat terkenal, meriwayatkan sebanyak 250 hadis. Beliau tinggal di Mesir, kemudian pindah ke Himsha hingga meninggal dunia pada tahun 81 Hijriah. Beliau adalah sahabat yang paling akhir meninggal dunia di negeri Syam.
Orang yang Menyebutkan Hadis
Abu Hatim al-Razi, gelarnya al-Imam dan al-Hafiz, nama aslinya adalah Muhammad ibn Idris Ibn al-Mundzir al-Hanzhali, salah seorang tokoh ulama terkemuka. Dilahirkan pada tahun 195 Hijriah. Imam al-Nasa'i memberikan keterangan mengenainya bahawa beliau adalah seorang yang tsiqah. Beliau meninggal dunia pada tahun 277 Hijriah pada umur 82 tahun.
Al-Baihaqi, gelarnya adalah al-Hafiz al-'Allamah, seorang syeikh di Khurrasan. Nama aslinya adalah Abu Bakar Ahmad ibn al-Husain, banyak menulis kitab-kitab yang tiada tandingannya, hingga jumlah karya tulisannya mencapai lebih kurang seribu juzuk. Beliau adalah seorang yang warak, takwa serta bersifat zuhud. Pernah mengunjungi Hijaz, Iraq dan Baihaq, nama sebuah kota berhampiran Naisabur. Lahir pada tahun 384 Hijriah dan meninggal dunia pada tahun 454 Hijriah.***