Bulughul Maram

01. Kitab Thaharah: 4. Bab Wudhu, Memanjangkan Kilau Anggota Wudhu, Hadis No. 43

  • ARTIKEL
  • Rabu, 8 Juni 2022 | 13:31 WIB
foto

Foto: deenteens.com

43 - وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ - رضي الله عنه - قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - يَقُولُ: «إِنَّ أُمَّتِي يَأْتُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ غُرًّا مُحَجَّلِينَ, مِنْ أَثَرِ الْوُضُوءِ, فَمَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمْ أَنْ يُطِيلَ غُرَّتَهُ فَلْيَفْعَلْ». مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ, وَاللَّفْظُ لِمُسْلِمٍ. (1)
__________
(1) - صحيح. رواه البخاري (136)، ومسلم (246) (35) وقوله: «فمن استطاع» مدرج من كلام أبي هريرة. والله أعلم.

40. Dari Abu Hurairah RA ia berkata, aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya umatku pada hari kiamat nanti akan datang dalam keadaan putih bercahaya pada anggota wudhunya bekas siraman air wudhu, maka barangsiapa di antara kalian yang mampu untuk memperluas putihnya cahaya itu, hendaklah ia melakukannya.” (Muttafaq alaih, lafazh ini milik Muslim)

[shahih: Al Bukhari 136, Muslim 246]

ـــــــــــــــــــــــــــــ

[سبل السلام]

Penjelasan Kalimat

Sesungguhnya umatku pada hari kiamat nanti akan datang dalam keadaan putih bercahaya (Ghurrah, adalah bentuk jamak dari kata aghar, artinya yang memiliki sinar. Makna asalnya adalah kemilau yang terdapat pada dahi kuda. Dalam an Nihayah yang dimaksud dengan ghurrah adalah putihnya wajah-wajah mereka dengan cahaya wudhu pada Hari Kiamat) pada anggota wudhunya (dalam an Nihayah, yakni putihnya anggota wudhu baik tangan maupun kaki. Cahaya pada bekas anggota wudhu diqiyaskan dengan warna putih yang terdapat pada wajah dan kaki kuda) bekas siraman air wudhu, (air yang digunakan berwudhu) maka barangsiapa di antara kalian yang mampu untuk memperluas putihnya cahaya itu, (dan juga di tangannya, hanya saja di sini hanya satu yang disebutkan lantaran sudah menunjukkan makna atas yang lainnya, dan ia lebih mengutamakan al ghurrah (muannats) atas tahjil (mudzakar) lantaran kemuliaan tempatnya) hendaklah ia melakukannya.”

Tafsir Hadits

Zhahirnya redaksi hadits tersebut bahwa sabda beliau, “maka barangsiapa di antara kalian yang mampu...’ hingga akhir hadits, menunjukkan bahwa perintah itu tidak wajib. Sebab, maknanya menurut kemampuan siapa yang ingin di antara kalian. seandainya wajib, niscaya beliau tidak akan membatasinya, karena pasti ada kemampuan untuk melakukannya.

Nu’aim berkata, ‘aku tidak mengetahui ucapan ‘maka barangsiapa yang mampu...’ merupakan sabda beliau SAW ataukah perkataan Abu Hurairah RA.’ Dan dalam Al Fath, aku tidak menemukan kalimat ini dari riwayat salah seorang shahabat. Mereka itu ada sepuluh orang. Juga tidak didapatkan orang yang meriwayatkan hadits ini dari Abu Hurairah RA selain riwayat Nu’aim ini.*

Hadits ini menunjukkan disyariatkannya menyempurnakan wudhu, yakni dalam membasuh dan mengusap anggota wudhu, bahkan diperintahkan untuk melebihkan dari batasan yang telah diperintahkan untuk membasuhnya. Karena hal ini akan memperluas atau memperpanjang putihnya cahaya pada anggota wudhu bekas siraman pada Hari Kiamat kelak.

Para ulama berbeda pendapat mengenai batasan yang harus dibasuh. Ada yang mengatakan, pada tangan yaitu sampai pundak dan pada kaki sampai lutut. Ini ditegaskan oleh Abu Hurairah RA, baik dengan riwayat maupun pendapat. Dan juga telah ditegaskan oleh perbuatan Ibnu Umar, dikeluarkan oleh Ibnu Abi Syaibah dan Abu Ubaid dengan sanad hasan. Dan ada yang berpendapat hingga separuh lengan dan betis.

Sedangkan pada muka yaitu mencuci hingga sisi leher. Pendapat yang mengatakan tidak disyariatkannya memanjangkan basuhan dan mentakwil hadits Abu Hurairah RA bahwa yang dimaksud adalah selalu berwudhu, bertentangan dengan zhahirnya hadits dan tak ada keterangan untuk menolaknya.

Ada yang menjadikan hadits ini sebagai dalil bahwa wudhu adalah kekhususan umat ini berdasarkan hadits Muslim: “Wudhu adalah tanda yang tidak dimiliki seorang pun selain kamu.”

[Muslim 247]

Pendapat ini dapat dibantah, bahwa wudhu telah ditetapkan sebelum umat ini. ada yang mengatakan bahwa yang menjadi kekhususan umat ini adalah putih cahaya pada anggota wudhu yang dibasuh.

ـــــــــــــــــــــــــــــ

[إبانة الأحكام]

وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ - رضي الله عنه - قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - يَقُولُ: «إِنَّ أُمَّتِي يَأْتُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ غُرًّا مُحَجَّلِينَ, مِنْ أَثَرِ الْوُضُوءِ, فَمَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمْ أَنْ يُطِيلَ غُرَّتَهُ فَلْيَفْعَلْ». مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ, وَاللَّفْظُ لِمُسْلِمٍ.

40. Daripada Abu Hurairah (r.a), beliau berkata: “Saya pernah mendengar Rasulullah (s.a.w) bersabda: “Sesungguhnya umatku kelak pada hari kiamat datang dengan wajah dan tubuh yang berkilauan kerana bekas wuduk (mereka). Jadi, barang siapa di antara kamu mampu untuk memperpanjang kilauan itu, maka lakukanlah.” (Muttafaq 'alaih, tetapi lafaz hadis ini menurut riwayat Muslim)

Makna Hadis

Umat Nabi Muhammad (s.a.w) mempunyai keutamaan dan keistimewaan yang lebih berbanding umat-umat lain di dunia dan akhirat. Di dunia mereka mengikuti perintah Allah dan Rasul-Nya, sedangkan di akhirat memancarkan cahaya yang berkilauan dari wajah, tangan serta kaki mereka. Ini menunjukkan keutamaan berwuduk, sunat ber-mubalaghah dalam menyempurnakan wuduk dan melengkapinya dengan sunat-sunatnya.

Analisis Lafaz

يَقُولُ diungkapkan dalam bentuk fi'il mudhari' sesudah fi'il madhi, iaitu lafaz سَمِعْتُ untuk menceritakan keadaan ketika mendengar atau untuk menggambarkan kejadian tersebut di hati pendengarnya.
 أُمَّتِي umat menurut makna asalnya adalah setiap kumpulan yang dihimpun oleh satu sebab tertentu, sama ada agama ataupun lain-lain. Makna yang dimaksudkan dalam hadis ini ialah ummat al-ijabah (umat yang memperkenankan dakwah Nabi Muhammad (s.a.w).
غُرًّا bentuk jamak dari lafaz agharru, ertinya dalam keadaan bersinar. Al-Ghurrah ialah belang putih berkilat yang terdapat pada kening kuda. Makna yang dimaksudkan di sini ialah wajah mereka nampak kelihatan putih berkilauan kerana cahaya wuduk kelak pada hari kiamat. Perkataan غُرًّا di-nashab-kan kerana menjadi hal (kata keterangan keadaan) kepada fa'il lafaz يَأْتُونَ.
مُحَجَّلِينَ berasal dari lafaz al-tahjil, ertinya anggota-anggota wuduknya nampak kelihatan putih berkilauan kerana bekas air wuduk. Ungkapan ini merupakan kata pinjaman (isti'arah) dari belang putih yang ada pada kening kuda, kedua kaki hadapan dan kedua kaki belakangnya. Tetapi menurut jumhur ulama, apa yang dimaksudkan al-ghurrah dan al-tahjil dalam hadis ini ialah lebihan membasuh anggota wuduk daripada batas yang telah diwajibkan. Sedangkan menurut mazhab Maliki, maknanya ialah seseorang sentiasa berada dalam keadaan berwuduk.
اسْتَطَاعَ mampu.
يُطِيلَ غُرَّتَهُ yakni wa tahjilahu yang bermaksud memperpanjang ghurrah dan tahjil-nya. Namun hadis hanya menyebut ghurratahu kerana kewujudan salah satunya menunjukkan pula kewujudan yang lain. Dengan erti kata lain, barang siapa yang mampu memperpanjang cahaya (ghurrah) atau kemilaunya (tahjil-nya), maka hendaklah dia melakukannya.”

Fiqh Hadis

Disunatkan menyempurnakan wuduk untuk memperpanjang ghurrah dan tahjil, kerana ia merupakan perhiasan dan keindahan bagi seorang mukmin kelak pada hari kiarnat. Ghurrah dan tahjil merupakan salah satu daripada keistimewaan umat Nabi Muhammad (s.a.w). Lain halnya dengan berwuduk, kerana ia tidak hanya dikhususkan kepada mereka. Apa yang dimaksudkan dengan menyempurnakan wuduk adalah melebihkan basuhan dan usapan daripada batas yang telah diwajibkan.

Sumber: 1. Bulugh al-Maram min Adillat al-Ahkam karangan  Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani (773 H - 852 H) 2. Subulus Salam Karangan Imam Ash-Shan'ani (w. 1182 H). 3. Ibanatul Ahkam Karangan Alawi Abbas Al-Maliki (w. 1391 H) dan  Hasan Sulaiman An-Nuri.

Penulis: Mualif
Editor: Muhamad Basuki
©2022 Al-Marji'

Bagikan melalui:
Artikel Terkait

Topik Pilihan