Web Analytics Made Easy - Statcounter

Bulughul Maram

Kitab Thaharah: Bab Menghilangkan Najis - Air Kencing Bayi - Hadis No. 29

  • ARTIKEL
  • Selasa, 26 April 2022 | 03:34 WIB
  • 600
foto

Foto: ©babyologist.com

29 - وَعَنْ أَبِي السَّمْحِ - رضي الله عنه - قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ - صلى الله عليه وسلم: «يُغْسَلُ مِنْ بَوْلِ الْجَارِيَةِ, وَيُرَشُّ مِنْ بَوْلِ الْغُلَامِ». أَخْرَجَهُ أَبُو دَاوُدَ, وَالنَّسَائِيُّ, وَصَحَّحَهُ الْحَاكِمُ. (1)
__________
(1) - صحيح. رواه أبو داود (376)، والنسائي (158)، والحاكم (166) بسند حسن، عن أبي السمح، قال: كنت أخدم النبي صلى الله عليه وسلم، فكان إذا أراد أن يغتسل، قال: «ولني قفاك» فأوليه قفاي، فأستره به، فأتي بحسن أو حسين رضي الله عنهما، فبال على صدره، فجئت أغسله، فقال صلى الله عليه وسلم فذكر الحديث. ومع حسن إسناده إلا أني صححته لورود شواهد أخرى كثيرة له، ذكرتها «بالأصل».

26. Dari Abu As Samhi RA ia berkata, “Rasulullah SAW bersabda, ‘Kencing bayi perempuan dicuci dan kencing bayi laki-laki diperciki’.” (HR. Abu Daud dan An Nasa'i dan dishahihkan Al Hakim)

[Shahih: Shahih Al Jami' 8117]

ـــــــــــــــــــــــــــــ

[سبل السلام]

Biografi Perawi

Abu As Samhi, namanya adalah Iyad. Pelayan Rasulullah SAW, ia hanya memiliki satu hadits.

Tafsir Hadits

Hadits tersebut juga diriwayatkan oleh Al Bazzar, Ibnu Majah dan Ibnu Khuzaimah dari hadits Abu As Samhi, ia berkata,

«كُنْت أَخْدُمُ النَّبِيَّ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - فَأُتِيَ بِحَسَنٍ أَوْ حُسَيْنٍ فَبَالَ عَلَى صَدْرِهِ، فَجِئْت أَغْسِلُهُ فَقَالَ: يُغْسَلُ مِنْ بَوْلِ الْجَارِيَةِ»

“Aku pernah melayani Rasulullah SAW, didatangkan Hasan atau Husain lalu kencing di atas dadanya, lalu aku datang mencucinya, maka beliau bersabda, ‘Kencing anak perempuan dicuci.’ (Al Hadits)

[Shahih: Shahih Ibnu Majah 532]

Juga diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Daud, Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Majah serta Al Hakim dari hadits Lubabah binti Al Harits, ia berkata, ‘Ia adalah Al Husain.’ Lalu ia pun menyebutkan hadits tersebut. Dan dalam lafazhnya:

«يُغْسَلُ مِنْ بَوْلِ الْأُنْثَى وَيُنْضَحُ مِنْ بَوْلِ الذَّكَرِ»

“Dicuci dari kencing anak perempuan, dan diperciki kencingnya anak laki-laki.”

[Hasan Shahih: Shahih Abu Daud 375]

Para perawi tersebut dan Ibnu Hibban meriwayatkannya dari Ali RA, ia berkata,

«قَالَ رَسُولُ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - فِي بَوْلِ الرَّضِيعِ: يُنْضَحُ بَوْلُ الْغُلَامِ وَيُغْسَلُ بَوْلُ الْجَارِيَةِ»

“Rasulullah SAW bersabda mengenai kencing bayi, ‘Kencing bayi laki-laki diperciki dan kencing anak perempuan dicuci’.”

[Hasan: Shahih Al Jami' 8172]

Qatadah berkata, “Hal ini jika bayi belum makan makanan, namun jika sudah makan maka harus dicuci.”

[Shahih: Shahih Abu Daud 378]

Dalam bab ini terdapat banyak hadits marfu dan mauquf, statusnya sebagaimana dikatakan Al Baihaqi, ‘Jika dikumpulkan satu dengan lainnya ia menjadi kuat.”

Hadits di atas menunjukkan perbedaan antara kencing anak laki-laki dengan kencing anak perempuan mengenai hukumnya, hal itu sebelumnya keduanya makan makanan, sebagaimana yang telah dibatasi oleh perawi hadits yang diriwayatkan secara marfu’.

Dalam Shahih Ibnu Hibban dan Al Mushannaf (1/114) karya Ibnu Abi Syaibah dari Ibnu Syihab, “Telah ditetapkan dalam As sunnah agar kencing bayi yang belum makan makanan diperciki.” Maksudnya adalah bayi yang belum mengkonsumsi selain air susu ibunya (ASI), dan ada yang berpendapat selain itu.

Dalam hal ini para ulama terbagi tiga pendapat:

pertama: Pendapat Al Hadawiyah, Al Hanafiyah dan Al Malikiyah, bahwa wajib mencucinya seperti najis-najis lainnya diqiyaskan atas semua najis, lalu mereka mentakwil hadits-hadits tersebut, yakni mendahulukan qiyas atas nash.

kedua; Salah satu pendapat Asy-Syafi'iyah dan merupakan pendapat paling shahih menurut mereka, bahwa cukup memerciki pada kencing anak laki-laki tetapi tidak pada kencing anak perempuan, karena disamakan dengan najis-najis lainnya berdasarkan hadits yang diriwayatkan dan membedakan antara keduanya. Ini adalah pendapat Ali RA, Atha’, Hasan, Ahmad dan Ishaq serta yang lainnya.

ketiga; cukup dengan memerciki pada keduanya, ini adalah pendapat al Auza’i.

Apakah kencing bayi suci atau najis? Mayoritas berpendapat bahwa kencing bayi itu najis, hanya saja syariat memberikan keringanan dalam hal membersihkannya.

Perlu diketahui bahwa (النَّضْحَ) sebagaimana dikatakan An Nawawi di dalam Syarh Muslim yaitu bahwa sesuatu yang terkena kencing dipercikkan air kepadanya hingga rata tetapi tidak sampai mengalir dan menetes air darinya, berbeda dengan memerciki yang lainnya, dimana disyaratkan mengalir dan menetesnya sebagian air dari tempat yang terkena percikan, meski tidak disyaratkan memerasnya, ia berkata, “Inilah yang paling shahih dan terpilih, ini adalah pendapat Imam Al Haramain dan para muhaqqiq (peneliti).

ـــــــــــــــــــــــــــــ

[إبانة الأحكام]

 وَعَنْ أَبِي السَّمْحِ - رضي الله عنه - قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ - صلى الله عليه وسلم: «يُغْسَلُ مِنْ بَوْلِ الْجَارِيَةِ, وَيُرَشُّ مِنْ بَوْلِ الْغُلَامِ». أَخْرَجَهُ أَبُو دَاوُدَ, وَالنَّسَائِيُّ, وَصَحَّحَهُ الْحَاكِمُ.

26. Daripada Abu al-Samh (r.a) bahawa Rasulullah (s.a.w) pernah bersabda: “Air kencing bayi perempuan hendaklah dibasuh sedangkan air kencing bayi lelaki memadai dengan dipercikkan air sahaja.” (Disebut oleh Abu Dawud, al-Nasa‟i dan dinilai sahih oleh Hakim)

Makna Hadis

Syariat sungguh bijaksana dalam setiap keputusan yang dibuat. Kita sering kali menggendong bayi lelaki dan memeluk mereka. Di sini syariat meringankan najis air kencing mereka dengan syarat bayi lelaki itu masih belum berusia dua tahun dan hanya meminum susu. Cara menyucikan air kencingnya ialah dengan memercikkan air ke atasnya. Ini berbeza dengan air kencing bayi perempuan di mana cara menyucikannya ialah dengan membasuhnya, kerana najisnya lebih berat daripada najis air kencing bayi lelaki. Selain najis air kencing, tidak ada perbezaan di antara keduanya, yakni sama-sama najis.

Analisis Lafaz

الْجَارِيَةِ, bayi perempuan.
يُرَشُّ, menuangkan air ke atasnya tanpa mengalirkannya, yakni memercikkannya dengan air.
الْغُلَامِ, bayi lelaki. Apa yang dimaksudkan di sini ialah bayi lelaki yang belum makan apa-apa selain air susu.

Fiqh Hadis

Perbezaan yang ada antara air kencing bayi lelaki dengan bayi perempuan menurut hukum ialah sebelum mereka memakan makanan lain selain air susu. Air kencing keduanya sama-sama najis, tetapi untuk membersihkan air kencing lelaki memadai dengan memercikkannya dengan air, yakni menyiramnya tanpa mengalirkan air. Ini merupakan kemudahan syariat. Cara membersihkan air kencing bayi perempuan pula tidak cukup hanya dengan memercikkan air ke atasnya, melainkan wajib dibasuh.

Hikmah yang terdapat dalam masalah ini menurut satu pendapat adalah bersifat ta'abbudiyyah (semata-mata mematuhi perintah syariat), sedangkan menurut pendapat yang lain mengatakan itu kerana orang kebanyakan lebih menyukai bayi lelaki dan sering kali menggendongnya. Oleh itu, syariat memberikan keringanan dalam masalah ini. Menurut pendapat yang lain pula, air kencing bayi perempuan lebih pekat, manakala air kencing bayi lelaki tidak demikian.

Dalam kaitan ini para ulamak berbeza pendapat. Imam Ahmad dan Imam al-Syafi'i mengatakan adanya rukhsah terhadap air kencing bayi lelaki sebelum usia dua tahun dan belum memakan makanan lain selain air susu. Sedangkan menurut Imam Abu Hanifah dan pendapat masyhur di kalangan mazhab Maliki, air kencing bayi lelaki dan bayi perempuan sama-sama najis, dan mesti tetap dibasuh.

Periwayat Hadis

Abus al-Samh, nama aslinya adalah Ayyad, mawla Nabi (s.a.w). Beliau seorang sahabat dan hanya mempunyai dua buah hadis yang kedua-duanya diambil riwayat oleh Mahall ibn Khalifah.

Sumber: 1. Bulugh al-Maram min Adillat al-Ahkam karangan Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani (773 H - 852 H) 2. Subulus Salam Karangan Imam Ash-Shan'ani (w. 1182 H). 3. Ibanatul Ahkam Karangan Alawi Abbas Al-Maliki (w. 1391 H) dan Hasan Sulaiman An-Nuri.

Penulis: Mualif
Editor: Muhamad Basuki
©2022 Al-Marji'

Bagikan melalui:

Topik Pilihan