Bulughul Maram

01. Kitab Thaharah: 2. Bab Bejana - Menambal Bejana dengan Perak - Hadis No. 23

  • ARTIKEL
  • Selasa, 19 April 2022 | 21:20 WIB
foto

Foto: ©unspalesh.com

Ilustrasi

23 - وَعَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ - رضي الله عنه: أَنَّ قَدَحَ النَّبِيِّ - صلى الله عليه وسلم - انْكَسَرَ، فَاتَّخَذَ مَكَانَ الشَّعْبِ سِلْسِلَةً مِنْ فِضَّةٍ. أَخْرَجَهُ الْبُخَارِيُّ. (1)
__________
(1) - صحيح. رواه البخاري (3109)

21. Dari Anas bin Malik RA, bahwa gelas Rasulullah SAW pecah, lalu beliau menempelkan pada tempat yang retak itu sambungan dari perak. (HR. Al Bukhari)

[Shahih: Al Bukhari 3109]

ـــــــــــــــــــــــــــــ

[سبل السلام]

Penjelasan Kalimat

bahwa gelas Rasulullah SAW pecah, lalu beliau menempelkan pada tempat yang retak itu (maksudnya terbelah dan pecah) sambungan dari perak (yakni yang menghubungkan sesuatu dengan yang lain. Atau silsilah, yaitu lingkaran yang terbuat dari besi (rantai) dan yang semacamnya)

Tafsir Hadits

Hadits tersebut adalah dalil diperbolehkannya menempel (menambal) bejana dengan perak, dan tidak ada perbedaan mengenai kebolehannya sebagaimana yang telah disebutkan. Tetapi di sini, mereka berbeda pendapat mengenai orang yang meletakkan sambungan tersebut. Al Baihaqi menuturkan dari sebagian mereka bahwa yang meletakkan sambungan tersebut adalah Anas bin Malik, dan ditetapkan oleh Ibnu Ash Shalah. Penulis berkata, “pendapat tersebut perlu dipertimbangkan, karena dalam Shahih Al Bukhari dari hadits Ashim al Ahwal, “Aku melihat gelas Nabi SAW di sisi anas telah terbelah maka ia menyambungnya dengan perak.”

Ibnu Sirin berkata, “Padanya terdapat rantai yang terbuat dari besi, lalu Anas hendak menggantinya dengan rantai dari emas atau perak, maka Abu Thalhah berkata kepadanya, ‘Janganlah sekali-kali engkau mengubah sesuatu yang telah dibuat Rasulullah SAW, lalu ia pun meninggalkannya.’ Ini adalah lafazh Al Bukhari mengandung makna bahwa kata ganti yang terdapat pada ucapannya (فَسَلْسَلَهُ بِفِضَّةٍ) kembali kepada Nabi SAW, juga bisa kembali kepada Anas, sebagaimana yang dikatakan Al Baihaqi, akan tetapi bagian akhir dari hadits tersebut menunjukkan makna yang pertama, dan bahwa gelas tersebut tidak berubah dari semula pada masa Rasulullah SAW.

Saya katakan, “Sambungan tersebut bukan rantai yang hendak diubah oleh Anas, yang nampak bahwa ucapannya (فَسَلْسَلَهُ) adalah Nabi SAW, dan ini merupakan hujjah bagi yang telah disebutkan.

ـــــــــــــــــــــــــــــ

[إبانة الأحكام]

23 - وَعَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ - رضي الله عنه: أَنَّ قَدَحَ النَّبِيِّ - صلى الله عليه وسلم - انْكَسَرَ، فَاتَّخَذَ مَكَانَ الشَّعْبِ سِلْسِلَةً مِنْ فِضَّةٍ. أَخْرَجَهُ الْبُخَارِيُّ. (1)

21. Daripada Anas (r.a) bahawa “sesungguhnnya wadah minum milik Nabi (s.a.w) pernah pecah (retak) lalu baginda menjadikan pada tempat yang retak rantai yang terbuat daripada perak (untuk menampalnya).” (Disebut oleh al-Bukhari)

Makna Hadis

Semua perkataan dan perbuatan Rasulullah (s.a.w) merupakan ketetapan syariat bagi umatnya. Dalam hadis ini Rasulullah (s.a.w) meletakkan perak pada wadah yang telah retak untuk menampalnya supaya tidak bocor. Ini menunjukkan bahawa itu dibolehkan, dan cara ini dikenali dengan istilah al-tadhbib (menambal barang pecah).

Analisis Lafaz

قدح wadah minum yang cukup untuk minum dua atau tiga orang.
الشَّعْبِ tempat yang retak.

Fiqh Hadis

1. Boleh menampal bekas yang retak dengan perak.
2. Minum dengan menggunakan wadah merupakan perbuatan yang dianjurkan oleh syariat.

Kesimpulan

Hadis-hadis yang disebut dalam bab ini menunjukkan kepada kesimpulan berikut:
1. Haram makan dan minum dengan menggunakan wadah yang terbuat daripada emas dan perak.
2. Kulit menjadi suci setelah disamak, meskipun berasal dari haiwan yang mati (bangkai).
3. Dilarang menggunakan wadah milik ahli kitab sebelum dicuci terlebih dahulu.
4. Boleh menampal tempat yang retak pada suatu wadah dengan menggunakan perak.

Soalan

1. Apakah hukum menggunakan wadah yang terbuat daripada emas dan perak dan apakah larangan ini bersifat umum?
2. Apakah ancaman syariat bagi orang yang menggunakan wadah emas atau perak, dan apa pula pahala yang dijanjikan bagi orang yang tidak melakukannya kerana mematuhi perintah syariat?
3. Jelaskan bentuk seksaan bagi orang yang makan dan minum dengan menggunakan wadah dari emas dan perak, yakni seksaan pada hari kiamat!
4. Mengapa lafaz جهنم tidak menerima tanwin?
5. Jelaskan makna lafaz-lafaz berikut: انيه, صحاف, جهنم, بجرجر, اهاب, دباغ, قرظ, مزاده, القدح, الشب !
6. Jelaskan mazhab-mazhab para ulama mengenai kulit yang disamak!
7. Kemukakan analisis mengenai najis kulit haiwan yang telah mati menjadi bangkai!
8. Apakah yang dimaksudkan dengan lafaz طَهُرَ dalam sabda baginda: فَقَدْ طَهُرَ?
9. Mengapa Rasulullah (s.a.w) memprotes perbuatan menyia-nyiakan kambing yang telah mati dengan membuangnya ke tempat pembuangan sampah?
10. Bagaimanakah hukum menggunakan kulit haiwan yang disembelih?
11. Sebutkan apa yang kamu ketahui tentang hukum-hukum yang berkaitan menyamak kulit!
12. Siapakah yang disebut sebagai ahli kitab dan bagaimanakah hukum menggunakan wadah milik mereka?
13. Apakah pemahaman yang terkandung di dalam larangan yang dimuatkan dalam sabda baginda: “Janganlah kamu makan dengan menggunakan bejana milik mereka”?
14. Apakah penyebab larangan menggunakan wadah milik ahli kitab?
15. Apakah hikmah yang terkandung pada huruf 'athaf waw dalam sabda baginda: وَأَصْحَابَهُ?
16. Bagaimanakah hukum berwuduk dengan menggunakan wadah milik kaum musyrikin?
17. Apakah makna al-tadhbib dan bagaimana pula hukumnya?

Sumber: 1. Subulus Salam Karangan Imam Ash-Shan'ani (w. 1182 H). 2. Ibanatul Ahkam Karangan Alawi Abbas Al-Maliki (w. 1391 H) dan Hasan Sulaiman An-Nuri.

Penulis: Mualif
Editor: Muhamad Basuki
©2022 Al-Marji'

Bagikan melalui:

Topik Pilihan