Bulughul Maram

01. Kitab Thaharah: 2. Bab Bejana - Makan Minum dengan Alat Makan Emas dan Perak - Hadis No. 16

  • ARTIKEL
  • Minggu, 17 April 2022 | 16:54 WIB
foto

Foto: © all-free-download.com

Cawan dan piring terbuat dari emas

بَابُ الْآنِيَةِ


16 - عَنْ حُذَيْفَةَ بْنِ الْيَمَانِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ - صلى الله عليه وسلم: «لَا تَشْرَبُوا فِي آنِيَةِ الذَّهَبِ والْفِضَّةِ، وَلَا تَأْكُلُوا فِي صِحَافِهَا، فَإِنَّهَا لَهُمْ فِي الدُّنْيَا، وَلَكُمْ فِي الْآخِرَةِ» مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ. (1)
__________
(1) - صحيح. رواه البخاري (5426)، ومسلم (2067) عن عبد الرحمن بن أبي ليلى، قال: إنهم كانوا عند حذيفة، فاستسقى، فسقاه مجوسي، فلما وضع القدح في يده، رماه به، وقال: لولا أني نهيته غير مرة ولا مرتين! -كأنه يقول: لم أفعل هذا- لكني سمعت النبي صلى الله عليه وسلم، يقول: «لا تلبس الحرير ولا الديباج، ولا تشربوا» .. الحديث. واللفظ للبخاري، وعنده «ولنا في الآخرة». وهذه الجملة ليست عند مسلم.

14. Dari Hudzaifah bin Al Yaman RA ia berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Janganlah kamu minum dalam bejana emas dan perak, dan janganlah makan pada piring (yang terbuat dari) keduanya, karena sesungguhnya (bejana atau piring emas dan perak itu) adalah bagi mereka (orang-orang musyrik) di dunia dan bagi kamu di akhirat.” (Muttafaq alaih)

[Shahih: Al Bukhari 5426, Muslim 2067]

ـــــــــــــــــــــــــــــ

[سبل السلام]

Biografi Perawi

Hudzaifah adalah Abu Abdullah Hudzaifah bin Al Yaman. Hudzaifah dan ayahnya adalah dua orang shahabat Nabi SAW yang mulia. Keduanya mengikuti perang Uhud. Hudzaifah adalah pemegang rahasia Rasulullah SAW. sekelompok shahih dan thabi’in meriwayatkan (hadits) darinya. Ia meninggal dunia di Al Mada’in pada tahun 35 atau 36 H, empat malam setelah terbunuhnya Utsman RA.

Penjelasan Kalimat

Janganlah kamu minum dalam bejana emas dan perak, dan janganlah makan pada piring (yang terbuat dari) keduanya, (kata (صِحَافِهِمَا) adalah bentuk jamak dari (صَحْفَةٍ). Al Kisa’i berkata, “(الصَّحْفَةُ) adalah piring yang isinya dapat mengenyangkan lima orang) karena sesungguhnya ia (yaitu bejana emas dan perak serta piring yang terbuat dari keduanya) adalah bagi mereka (yaitu bagi orang-orang musyrik meskipun tidak disebutkan, karena mereka itu sudah maklum) di dunia (sebagai informasi dari kondisi mereka, bukan berarti sebagai informasi bahwa hal itu halal buat mereka) dan bagi kamu di akhirat.”

Tafsir Hadits

Hadits di atas adalah dalil haramnya makan dan minum pada bejana dan piring yang terbuat dari emas dan perak, baik bejana tersebut khusus emas maupun yang tercampur dengan perak, karena ia termasuk bejana emas dan perak. An Nawawi berkata, ‘Sesungguhnya telah terjadi ijma atas haramnya makan dan minum pada keduanya.’

Terjadi perbedaan mengenai illat-nya. Ada yang mengatakan karena sombong, dan yang lain mengatakan karena terbuat dari emas dan perak.

Para ulama berbeda pendapat mengenai tempat yang dilapisi dengan emas atau perak, apakah juga diharamkan sebagaimana emas dan perak? Ada yang berpendapat bahwa jika lapisan emas dan perak itu bisa dipisahkan maka haram secara ijma, karena termasuk menggunakan emas dan perak. Dan jika tidak mungkin dipisahkan, maka tidak haram. Dan yang lebih dekat kepada kebenaran, jika disebut bahwa itu adalah bejana emas atau perak dan dinamai dengannya, maka tercakup dalam lafazh hadits tersebut, dan jika tidak, maka tidak haram. Standarnya adalah dengan menamainya (bejana emas atau perak) pada masa kenabian, jika tidak diketahui maka asalnya adalah halal.

Adapun bejana yang ditambal dengan keduanya, maka diperbolehkan makan dan minum padanya menurut ijma.

Berkenaan dengan menggunakan tempat yang terbuat dari emas dan perak untuk makan dan minum tidak ada perbedaan padanya. Adapun untuk selain makan dan minum, yakni untuk penggunaan yang lain, apakah juga diharamkan? Ada yang mengatakan tidak diharamkan karena tidak ada nashnya, kecuali pada makan dan minum. Ada pula yang mengatakan bahwa diharamkan semua penggunaan lainnya menurut ijma, kemudian sebagian ulama mutaakhirin membantahnya dan berkata, “Nashnya disebutkan pada makan dan minum, selainnya tidak, menyamakan semua penggunaan dengan keduanya secara qiyas tidak memenuhi syarat-syarat qiyas.

Yang benar adalah pendapat yang mengatakan bahwa tidak haram selain tempat untuk makan dan minum, sebab itu yang ditegaskan dengan nash. sedang klaim ijma tidak benar, inilah kemalangan mengganti lafazh nabawi dengan yang lainnya. Karena hadits menyebutkan keharamannya pada makan dan minum, maka mereka meninggalkan redaksinya kepada semua bentuk penggunaan dan meninggalkan ucapan Nabi SAW, lalu mendatangkan lafazh umum dari diri mereka sendiri.

Sepertinya penulis menyebutkan hadits pada pembahasan ini untuk menunjukkan haramnya wudhu pada bejana emas dan perak. Karena penggunaan terhadap keduanya menurut mazhabnya adalah haram. Jika tidak ada maksud ini, maka hadits ini sebenarnya masuk dalam bab makanan dan minuman.

Kemudian, apakah batu-batu berharga seperti permata dan mutiara disamakan dengan emas dan perak? Dalam hal ini terdapat perbedaan pendapat. Dan nampaknya yang lebih kuat adalah tidak disamakan, dan diperbolehkan menurut asal kebolehannya karena tidak ada dalil yang disebutkan mengenai hal tersebut.

ـــــــــــــــــــــــــــــ

[إبانة الأحكام]

14. Daripada Hudzaifah ibn al-Yaman (r.a) bahawa Rasulullah (s.a.w) pernah bersabda: “Janganlah kamu meminum dengan bejana yang terbuat daripada emas dan perak dan jangan pula kamu makan dengan cawan yang terbuat daripada keduanya. Kerana sesungguhnya bejana yang terbuat daripada emas dan peruk itu untuk mereka di dunia dan untuk kamu kelak di akhirat.” (Muttafaq 'alaih)

Makna Hadis

Bejana yang terbuat daripada emas dan perak biasa diguna pakai oleh orang yang sombong dan hidup mewah. Rasalullah (s.a.w) melarang kita baik lelaki mahupun perempuan makan dan minum memakai bejana yang terbuat daripada emas dan perak itu. Nabi (s.a.w) menjanjikan kebaikan kepada kita apabila meninggalkan perbuatan tersebut dan janji Nabi (s.a.w) itu pasti benar. Jadi, barangsiapa yang meninggalkan perbuatan itu di dunia kerana mematuhi perintah Nabi (s.a.w), dia akan memperolehinya di akhirat sebagai balasan ke atas amalnya itu. Nabi (s.a.w) memberi amaran orang yang menggunakannya dengan azab yang hina sebagai balasan di atas pelanggarannya terhadap perintah Nabi (s.a.w) dan kelak akan dituangkan api neraka Jahannam ke dalam perutnya.

Analisis Lafaz

آنِيَةِ bentuk jamak dari lafaz اناء, ertinya tempat air yang merupakan salah satu alat untuk bersuci. Syariat telah pun melarang menggunakan sebahagian daripada jenis bejana tersebut, iaitu bejana yang terbuat daripada emas dan perak. Oleh itu, penulis (al-Hafiz Ibn Hajar) menjadikannya sebagai bab tersendiri memandangkan hal ini berkaitan dengan hukum.
صِحَافِهَا bentuk jamak dari lafaz صحفه, yakni piring besar atau talam berisi makanan yang cukup untuk lima orang.
فَإِنَّهَا لَهُمْ فِي الدُّنْيَا, dhamir yang terdapat pada lafaz لَهُمْ merujuk kepada lafaz orang kafir. Mereka tidak disebutkan dengan jelas kerana telah dapat difahami menerusi konteks kalimat hadis ini.
فِي الدُّنْيَا, sebagai pemberitahuan tentang keadaan yang biasa mereka lakukan, dan bukannya menunjukkan bahawa bejana yang terbuat daripada emas dan perak itu halal diguna pakai oleh mereka, kerana mereka pun turut dibebani menerima taklif untuk mengerjakan semua hukum-hakam syariat mengikut pendapat yang kuat, sebagaimana yang telah ditegaskan oleh ayat-ayat al-Qur'an.
وَلَكُمْ فِي الْآخِرَةِ, dhamir yang terdapat di dalam lafaz لَكُمْ merujuk kepada kaum muslimin.

Fiqh Hadis

Haram makan dan minum dengan menggunakan bejana yang terbuat daripada emas dan perak. Hukum haram ini turut meliputi kaum lelaki dan kaum wanita.

Periwayat Hadis

Hudzaifah ibn al-Yaman al-'Absi, nama julukannya adalah Abu 'Abdullah. Beliau termasuk salah seorang sahabat yang paling awal berhijrah, sahabat yang disegani, pemegang rahsia Rasulullah (s.a.w) dan turut serta dalam Perang Uhud. Rasulullah (s.a.w) telah memberitahu kepadanya sebahagian fitnah yang akan terjadi setelah kewafatan baginda. Beliau meriwayatkan sebanyak 100 hadis, dan sekumpulan sahabat serta tabi'in mengambil riwayat daripadanya. Meninggal dunia di al-Mada'in pada tahun 36 Hijriah.

Sumber: 1. Subulus Salam Karangan Imam Ash-Shan'ani (w. 1182 H). 2. Ibanatul Ahkam Karangan Alawi Abbas Al-Maliki (w. 1391 H) dan Hasan Sulaiman An-Nuri.

Penulis: Mualif
Editor: Muhamad Basuki
©2022 Al-Marji'

Bagikan melalui:

Topik Pilihan