Orang Cerdas Adalah Orang Yang Dapat Mengendalikan Nafsu

  • ARTIKEL
  • Sabtu, 11 November 2023 | 07:43 WIB
  • 34
foto

Foto: madaninews.id

فصل: وقوله عليه الصلاة والسلام: «الكيس من دان نفسه» دان حاسب. وقيل: ذل. قال أبو عبيد: دان نفسه: أي أذلها واستعبدها. يقال: دنته أدينه، إذ ذللته فيذل نفسه في عبادة الله سبحانه وتعالى، عملاً يعده لما بعد الموت، ولقاء الله تعالى، وكذلك يحاسب نفسه على ما فرط من عمره، ويستعد لعاقبة أمره، بصالح عمله، والتنصل من سالف زلله، وذكر الله تعالى وطاعته في جميع أحواله. فهذا هو الزاد ليوم المعاد. والعاجز ضد الكيس. والكيس: العاقل، والعاجز: المقصر في الأمور، فهو مع تقصيره في طاعة ربه، واتباع شهوات نفسه متمن على الله أن يغفر له. وهذا هو الاغترار فإن الله تعالى أمره ونهاه، وقال الحسن البصري: [إن قوماً آلهتهم الأماني حتى خرجوا من الدنيا وما لهم حسنة ويقول أحدهم: إني أحسن الظن بربي. وكذب لو أحسن الظن لأحسن العمل] وتلا قوله تعالى: {وذلكم ظنكم الذي ظننتم بربكم أرداكم فأصبحتم من الخاسرين} . وقال سعيد بن جبير: [الغرة بالله أن يتمادى الرجل بالمعصية، ويتمنى على الله المغفرة] . وقال بقية بن الوليد: كتب أبو عمير الصوري إلى بعض إخوانه: أما بعد [فإنك قد أصبحت تؤمل الدنيا بطول عمرك، وتتمنى على الله الأماني بسوء فعلك. وإنما تضرب حديداً بارداً والسلام]. وسيأتي لهذا مزيد بيان في باب ما جاء أن القبر أول منازل الآخرة. إن شاء الله تعالى.

Mufradat

دَانَ : menundukan; ذُلّ : merendahkan; كَيِّس : yang pintar, bijaksana, manis, ramah, sopan, santun, jenaka, mempesona; فَرْط : kelebihan, surplus; اِسْتَعْبَدَ - يَسْتَعْبِدُ : memperbudak, memperhambakan, memikat; ضِدّ : kebalikan, kontra, kontroversi, kontras, sebaliknya, lawan kata, bertentangan, anti, berlawanan;

Uraian

Sabda Nabi Saw. "Orang cerdas adalah orang yang  mau mengoreksi dirinya sendiri ..." maksudnya bahwa orang yang cerdas adalah orang yang selalu introspeksi diri. Ada yang berpendapat bahwa itu adalah orang yang sanggup mengendalikan nafsunya.

Menurut Ubaid, orang yang sanggup menaklukan nafsu, ia pasti akan bisa memperbudaknya untuk diajak beribadah kepada Allah dan beramal untuk kepentingan akhirat. Demikian pula, ia akan introspeksi diri dengan kelalaiannya, memanfaatkan usianya dengan baik, membekali diri untuk menyongsong akhir kehidupannya dengan beramal saleh, mengingat dan taat kepada Allah kapan saja. Itulah bekal utama untuk menghadapi di mana seluruh makhluk akan menuju ke tempat kembali mereka yang abadi.

Sedangkan, kebalikan orang cerdas adalah orang lemah atau bodoh. Yaitu orang yang lalai dari taat kepada Allah karena selalui mengikuti hawa nafsunya namun masih mengharapkan Allah berkenan mengampuninya, maka inilah yang disebut orang yang tertipu.

Hasan al-Bashri berkata, ada satu kaum, karena asyik dimabuk oleh angan-angan, mereka mati tanpa meninggalkan kabajikan apapun. Namun, salah seorang  dari mereka berkata, "Aku telah berbaik sangka terhadap Tuhanku." Sudah barang tentu ia berdusta, sebab, berbaik sangka kepada Allah itu harus dibuktikan dengan amal-amal saleh. Selanjutnya dia (al-Hasan) membaca firman Allah,

وَذٰلِكُمْ ظَنُّكُمُ الَّذِيْ ظَنَنْتُمْ بِرَبِّكُمْ اَرْدٰىكُمْ فَاَصْبَحْتُمْ مِّنَ الْخٰسِرِيْنَ ﴿فصلت [٤١]:٢٣﴾

Dan itulah dugaanmu yang telah kamu sangkakan terhadap Tuhanmu (dugaan itu) telah membinasakan kamu, sehingga jadilah kamu termasuk orang yang rugi. (Fussilat [41]:23)

Sa'id bin Jubair berkata, "Yang disebut dengan menipu Allah ialah jika seseorang yang keras kepala melakukan maksiat tetapi masih mengharapkan ampunan Allah."

Baqiyah bin al-Walid mengatakan bahwa Abu Umairah as-Shuri berkirim surat kepada temannya. Isinya, "Amma ba'du. Selama ini kamu memikirkan dunia, namun masih saja mengharapkan ampunan dari Allah dengan perbuatanmu yang buruk. Itu sama saja seperti menempa besi yang dingin. Wassalam." *** 

Penulis: Mualif
Editor: Abu Halima
©2023 Al-Marji'

Bagikan melalui:

Topik Pilihan