Bulughul Maram

01. Kitab Thaharah: 1. Bab Air - 09. Kucing Tidak Najis - Hadis No. 11

  • ARTIKEL
  • Selasa, 12 April 2022 | 09:18 WIB
foto

Foto: meowcustom.com

Kucing (الْهِرَّةِ) disebut juga kucing domestik atau kucing rumah (nama ilmiah: Felis silvestris catus atau Felis catus) adalah sejenis mamalia karnivora dari keluarga Felidae. Kata الْهِرَّةِ biasanya merujuk kepada "kucing" yang telah dijinakkan bukan kucing liar.

11 - وَعَنْ أَبِي قَتَادَةَ - رضي الله عنه - أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ فِي الْهِرَّةِ: «إِنَّهَا لَيْسَتْ بِنَجَسٍ, إِنَّمَا هِيَ مِنَ الطَّوَّافِينَ عَلَيْكُمْ». أَخْرَجَهُ الْأَرْبَعَةُ, وَصَحَّحَهُ التِّرْمِذِيُّ. وَابْنُ خُزَيْمَةَ. (1)
__________
(1) - صحيح. رواه أبو داود (75)، والنسائي (1/ 55 و 178)، والترمذي (92)، وابن ماجه (367) وابن خزيمة (104) من طريق كبشة بنت كعب بن مالك -وكانت تحت ابن أبي قتادة- أن أبا قتادة دخل عليها، فسكبت له وضوءا. قالت: فجاءت هرة تشرب، فأصغى لها الإناء حتى شربت، قالت كبشة: فرآني أنظر إليه! فقال: أتعجبين يا بنت أخي؟ فقلت: نعم. قال: إن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: فذكره. وقال الترمذي: «حديث حسن صحيح».

9. Dari Abu Qatadah RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda mengenai kucing, “Sesungguhnya kucing itu tidak najis, dia hanyalah termasuk (makhluk-makhluk) yang mengelilingi kamu.” (HR. Imam yang empat, dan dishahihkan oleh At Tirmidzi dan Ibnu Khuzaimah)

[Shahih: Shahih Al Jami' 2437]

ـــــــــــــــــــــــــــــ

[سبل السلام]

Biografi Perawi

Menurut pendapat mayoritas ulama, nama Abu Qatadah adalah Al Harits bin Rib’i Al Anshari. Ia adalah pahlawan berkuda Rasulullah SAW. mengikuti perang Uhud dan peperangan-peperangan setelahnya. Wafat tahun 54 H di Madinah. Ada yang berpendapat wafat di Kufah pada masa kekhalifahan Ali RA, dan ia menyaksikan seluruh peperangan bersama Ali.

Tafsir Hadits

Hadits ini memiliki asbabun nuzul sebagai berikut: bahwa Abu Qatadah diberikan air wudhu, lalu ada seekor kucing datang ingin minum air tersebut. Maka Abu Qatadah memiringkan tempat wudhu itu hingga kucing tersebut minum darinya. Lalu Abu Qatadah ditanya perihal itu, maka ia menjawab, “Rasulullah SAW bersabda, ‘Sesungguhnya kucing itu tidak najis. Sesungguhnya kucing hanyalah (makhluk-makhluk) yang mengelilingi kalian (yakni, apa yang disentuhnya tidak najis).”

Ibnu Al Atsir berkata, ‘(الطَّائِفُ) (yang mengelilingi), yakni pelayan yang melayani dan menolongmu dengan penuh kasih sayang.’ Kucing diserupakan dengan pelayan yang selalu mengelilingi majikannya. Hal ini diambil dari firman Allah SWT:

بَعْدَهُنَّ طَوَّافُونَ عَلَيْكُمْ...

Selain dari (tiga waktu) itu. Mereka melayani kamu....” (QS. An-Nur [24]: 58)

Yakni para pelayan dan hamba sahaya.

Dalam keterangan tersebut mengisyaratkan, bahwa Allah SWT menempatkan kedudukan kucing seperti pelayan, karena seringnya berhubungan dan bersentuhan dengan penghuni rumah serta apa saja yang ada di dalam rumah mereka. Allah SWT memberikan keringanan kepada para hamba-Nya dengan menjadikan kucing tidak najis untuk menghilangkan kesulitan atas mereka.

Dikeluarkan oleh Imam yang empat, dan dishahihkan oleh At Tirmidzi dan Ibnu Khuzaimah, juga dishahihkan oleh Al Bukhari, Al Uqaili dan Ad Daruquthni.

Hadits tersebut adalah dalil sucinya kucing dan bekas minumnya, meskipun ia bersentuhan langsung dengan najis. Dan bahwa kesucian mulut kucing itu tidak terikat dengan waktu. Ada yang mengatakan bahwa mulut kucing yang terkena najis tidak suci kecuali jika telah berlalu beberapa waktu, seperti satu malam, satu hari, satu jam, atau ia telah minum air, atau perginya kucing tersebut sehingga diduga dengan kepergian itu nasjisnya hilang, atau hilangnya benda najis dari mulutnya. Pendapat terakhir ini adalah pendapat yang lebih jelas. Karena dengan masih adanya benda najis pada mulutnya, dan hukum najis sebab benda najis tersebut, bukan karena mulutnya. Maka jika benda itu telah hilang, syariat menghukuminya tidak najis.

ـــــــــــــــــــــــــــــ

[إبانة الأحكام]

9. Daripada Abu Qatadah (r.a) bahawa Rasulullah (s.a.w) pernah bersabda sehubungan dengan kucing: “Sesungguhnya kucing tidak najis kerana ia termasuk haiwan yang jinak terhadap kalian.” (Disebut oleh al-Arbaطah, dinilai sahih oleh al-Tirmizi dan Ibn Khuzaimah).

Makna Hadis

Kucing tidak termasuk haiwan yang bernajis tubuhnya, kerana 'illat darurat iaitu kucing sering kali merayau dan keluar masuk rumah, sehingga sukar menjaga bejana, pakaian, dan lain-lain daripada ulah kucing itu. Oleh yang demikian syariat menjadikannva sebagai haiwan yang suci untuk menghindari kesusahan di samping ini merupakan salah satu bentuk belas kasihan Allah kepada hamba-hamba-Nya.

Asbab al-wurud (latar belakang) hadis ini ialah pada suatu hari Abu Qatadah meletakkan air minumnya lalu datanglah kucing meminumnya. Abu Qatadah memberikan kesempatan kepadanya untuk minum dengan memiringkan bejana air. Ketika ada orang yang menegur sikapnya itu, Abu Qatadah mengatakan kepada orang tersebut bahawa Rasulullah (s.a.w) pernah bersabda: “Sesungguhnya kucing itu tidak najis sehingga apa yang disentuhnya pun tidak najis.”

Analisis lafaz

إِنَّهَا لَيْسَتْ بِنَجَسٍ sesungguhnya kucing itu tidak najis. Lafaz najasun dengan huruf jim yang dibaca fathah, ertinya “benda yang najis”, sedangkan jika dibaca najisun ertinya “benda yang terkena najis.” Makna yang dimaksudkan di sini ialah “kucing bukan binatang yang membawa najis.” Huruf ba' yang terdapat pada lafaz بِنَجَسٍ merupakan tambahan untuk tujuan mengukuhkan makna, dan lafaz بِنَجَسٍ berkedudukan sebagai khabar kepada laisa.
إِنَّمَا هِيَ merupakan salah satu ungkapan qasr, iaitu qasr idhafi dan qasr qalb. Maksudnya ialah untuk menepis dakwaan orang yang beranggapan bahawa kucing itu najis, sama dengan anjing.
مِنَ الطَّوَّافِينَ عَلَيْكُمْ bentuk jamak dari lafaz طواف. Nabi (s.a.w) menyerupakan kucing dengan para pelayan rumah yang sentiasa sibuk melayani penghuninya dan berkeliaran di sekitar mereka.

Fiqh Hadis

1. Orang yang tidak mengetahui hukum satu-satu permasalahan dianjurkan untuk menanyakannya kepada orang yang 'alim.
2. Anjuran supaya berbelas kasihan kepada haiwan.
3. Kucing adalah binatang yang suci, begitu pula dengan bekas jilatannya.
4. Jika terdapat najis pada mulut kucing, maka hukumnya najis kerana adanya benda najis yang melekat pada anggota tubuhnya. Tetapi najisnya itu bersifat mendatang dan ia menjadi suci semula apabila pergi meninggalkan tempat orang yang bersangkutan atau telah berlalu beberapa waktu sejak ia terkena najis.

Periwayat Hadis

Abu Qatadah ialah al-Harits ibn Rib'i al-Anshari al-Sulami, salah seorang anggota pasukan berkuda Rasulullah (s.a.w). Beliau turut serta dalam perang Uhud dan peperangan yang selainnya, dan telah meriwayatkan sebanyak 170 hadis. Meninggal dunia pada tahun 54 Hijriah di Madinah.***

Sumber: 1. Subulus Salam Karangan Imam Ash-Shan'ani (w. 1182 H). 2. Ibanatul Ahkam Karangan Alawi Abbas Al-Maliki (w. 1391 H) dan Hasan Sulaiman An-Nuri.

Penulis: Mualif
Editor: Muhamad Basuki
©2022 Al-Marji'

Bagikan melalui:

Topik Pilihan